Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

3 Mei 2024 | 09.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan farmasi AstraZeneca telah mengakui adanya kemungkinan efek samping yang jarang terjadi dari vaksin Covid-19 buatannya, AZD1222. Hal ini terungkap melalui dokumen pengadilan yang menyoroti klaim bahwa vaksin ini dapat menyebabkan kematian dan cedera serius, termasuk Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia (TTS).

Beberapa tahun lalu vaksin buatan perusahaan asal Inggris itu sempat mendapat tendensi negatif di Indonesia, khususnya di kalangan muslim. Pada Maret 2021, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat mengeluarkan fatwa bahwa vaksin AstraZeneca hukumnya haram karena dalam proses produksinya menggunakan tripsin atau suplemen enzim yang berasal dari babi.

"Vaksin produk AstraZeneca ini hukumnya haram karena dalam tahapan proses produksinya memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi," kata Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam, dalam konferensi pers daring, Jumat, 19 Maret 2021.

Meski begitu, karena kondisi darurat saat itu, penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca pada saat ini hukumnya dibolehkan. "Dengan mempertimbangkan beberapa faktor," kata Asrorun. 

Rinciannya:

  1. Kondisi darurat (hajjah asy'ariyah) dalam fiqih, yang menduduki kedudukan darurat syari.
  2. Bahaya atau risiko fatal jika tak segera dilakukan vaksinasi Covid-19.
  3. Ketersediaan vaksin halal dan suci yang tak mencukupi.
  4. Jaminan keamanan penggunaannya oleh pemerintah.
  5. Pemerintah tak memiliki keleluasaan memilih jenis vaksin.

MUI menegaskan bahwa kebolehan penggunaan vaksin AstraZeneca akan tetap berlaku selama lima alasan tersebut masih relevan. Namun, hal ini bisa berubah jika salah satu atau semua alasan tersebut tidak lagi berlaku.

Setelah beberapa tahun digunakan kepada masyarakat di berbagai penjuru dunia, sebuah kabar miring datang dari Italia, seorang remaja perempuan berumur 18 tahun dikabarkan mengalami pembekuan darah setelah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca. Menurut sejumlah laporan media setempat, wanita muda itu menderita trombositopenia autoimun, kondisi ketika jumlah platelet darah rendah, dan sedang menjalani terapi hormon ganda.

Beberapa tahun kemudian, dalam sebuah pengadilan tinggi Inggris, perusahaan farmasi itu mengakui vaksin buatan mereka berpotensi bisa menyebabkan efek samping berbahaya. Dilansir dari The Telegraph, AstraZeneca mengakui dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris bahwa vaksin Covid-nya "dapat, dalam kasus yang sangat jarang, menyebabkan TTS".

TTS adalah kondisi yang menyebabkan pembekuan darah dan jumlah trombosit darah rendah. Gejalanya termasuk sakit kepala parah, nyeri perut, dan sesak napas. Meskipun jarang terjadi, TTS dapat berakibat fatal.

Klaim ini muncul dalam konteks gugatan class action terhadap perusahaan atas dugaan kematian dan cedera serius yang disebabkan oleh vaksin tersebut. Sebanyak 51 kasus telah diajukan ke Pengadilan Tinggi Inggris, dengan tuntutan ganti rugi mencapai £100 juta.

Para pengacara mereka berpendapat bahwa vaksin tersebut "cacat" dan kemanjurannya "sangat dilebih-lebihkan". AstraZeneca membantah keras klaim tersebut.

Kasus pertama diajukan pada 2023 oleh Jamie Scott, yang mengalami cedera otak permanen setelah mengalami pembekuan darah dan pendarahan di otak, sejak April 2021 ketika ia menerima vaksin.

Kate Scott, istri Jamie Scott, menyatakan bahwa pengakuan AstraZeneca merupakan langkah maju, meskipun memakan waktu tiga tahun untuk diakui. Scott menegaskan pentingnya permintaan maaf dan kompensasi yang adil bagi keluarganya dan korban lainnya.

Namun demikian, AstraZeneca telah menegaskan bahwa vaksin mereka aman dan efektif, sesuai dengan pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa dampak buruk yang signifikan dari vaksin tersebut sangat jarang terjadi. Perusahaan ini juga menegaskan bahwa keselamatan pasien adalah prioritas utamanya.

Dalam pernyataannya, AstraZeneca mengatakan, “Simpati kami ditujukan kepada siapa saja yang kehilangan orang yang dicintai atau melaporkan masalah kesehatan. Keselamatan pasien adalah prioritas utama kami, dan pihak berwenang mempunyai standar yang jelas dan ketat untuk memastikan penggunaan semua obat secara aman, termasuk vaksin.”

M RAFI AZHARI | EGI ADYATAMA

Pilihan Editor: Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemologi: Kasusnya Langka dan Risiko Terkenanya Minim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus