Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Heboh Transgender, Bagaimana Membedakannya dengan Wanita Tulen?

Kisah transgender beberapa waktu ini menyita perhatian publik. Video Lucinta Luna seusai operasi kelamin yang tersebar di media sosial jadi viral.

27 Maret 2018 | 17.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Nguyen Huong Giang dari Vietnam bersiap di belakang panggung kontes kecantikan Miss International Queen 2018 di Pattaya, Thailand, 9 Maret 2018. Kontes ini diikuti oleh peserta dari komunitas transgender atau transeksual dari seluruh dunia. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemberitaan transgender beberapa waktu ini cukup menyita perhatian publik. Video Lucinta Luna yang memperlihatkan dirinya seusai operasi kelamin tersebar di media sosial Instagram menjadi viral. Walau begitu, sampai saat ini Lucinta Luna belum memberi kepastian akan video tersebut apakah dia transgender atau bukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perubahan seorang transgender secara fisik memang bisa dilakukan hampir secara keseluruhan. Menurut psikolog klinis, Kasandra Putranto, menjelaskan kepada Tempo.co pada 27 Maret 2018 bahwa dengan perkembangan medis saat ini, operasi perubahan fisik secara menyeluruh tampak sama dengan wanita tulen bukanlah hal mustahil.

Baca juga:
Seo Minwoo Meninggal, Ini 6 Faktor Pemicu Henti Jantung
5 Fakta Tato seperti yang Dimiliki Nikita Mirzani, Amankah?
Berkeringat Saat Tidur, karena Gairah atau Seprai? Tilik Sebabnya

“Umumnya perbedaan terlihat pada suara, cara duduk, juga bentuk pinggang,” ujar Kasandra. Suara pun bisa diubah dengan melakukan operasi pita suara. Bahkan, saat ini terdapat alat yang dikenal dengan sebutan korset, di mana bisa membantu membentuk pinggang yang ramping.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, Kasandra mengingatkan bahwa upaya mencari tahu, bertanya, apalagi mencurigai, merupakan bentuk-bentuk kekerasan terhadap orang lain. Dalam hal ini, transgender. “Apalagi kalau kecurigaan tersebut tidak beralasan.”

Kasandra juga melanjutkan, umumnya transgender yang tidak berani secara terbuka menyatakan diri mereka kepada masyarakat luas disebabkan oleh risiko ancaman kekerasan yang akan mereka terima. Ancaman ini dari verbal (ungkapan dan kata-kata) sampai ancaman pembunuhan.

Masyarakat, apalagi di Indonesia, masih menolak atau sulit menerima kehadiran transgender dalam lingkungannya. Hal ini terkait dengan sosial-budaya yang tumbuh di Indonesia. “Masyarakat mendapatkan ajaran melakukan diskriminasi dan bullying terhadap orang yang berbeda,” ucap Kasandra.

Ajaran itu sendiri didapatkan baik dari pendidikan formal ataupun informal. Selain sekolah, faktor lingkungan atau sosial, agama, budaya, bahkan lingkup keluarga juga mampu membentuk pandangan diskriminasi terhadap sesuatu yang berbeda.

Kasandra juga menjelaskan, perkembangan media, di mana masyarakat bisa mendapatkan banyak sekali informasi [transgender] yang ingin diketahui juga menjadi salah satu faktor. Ditambah, tidak adanya penyaringan informasi tersebut, mampu membentuk pandangan atau pemikiran secara sepihak.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus