Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tren menggunakan HP lama melanda Amerika Serikat.
Ponsel lipat dan ponsel geser jadi model paling populer.
Didasari alasan nostalgia, detoks digital, dan keamanan data.
Sebuah gerakan kini tengah populer di kalangan gen Z: meninggalkan smartphone dan kembali menggunakan telepon seluler yang “kurang pintar”, seperti ponsel lipat (flip phones) dan ponsel geser jadul. Ponsel lipat, yang dulunya populer pada pertengahan 1990-2000-an, kini tampaknya kembali digemari kaum muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun tren ini tampak tak lazim di tengah masyarakat yang sudah begitu bergantung pada teknologi, popularitas sebuah forum di Reddit, yang didedikasikan untuk membahas “ponsel bodoh”, terus menanjak. Laporan CNBC pun menunjukkan bahwa penjualan ponsel jadul model lipat di Amerika Serikat tengah melesat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketertarikan gen Z terhadap HP lama merupakan bentuk baru dari obsesi kaum muda terhadap estetika 1990-an dan 2000-an. Fashion “Y2K”, contohnya, kembali diminati sejak beberapa tahun ke belakang. Penggunaan teknologi antik, seperti kamera sekali pakai, juga makin meningkat.
Ada beberapa faktor yang mendorong tren ini, seperti nostalgia dan hasrat untuk menikmati masa lalu yang dianggap ideal, praktik detoks digital, serta kekhawatiran akan keamanan data pribadi.
Peluncuran sebuah ponsel lipat di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, 2002. Dokumentasi TEMPO/Rendra
Kekuatan Nostalgia
Nostalgia merupakan emosi kompleks ketika seseorang terhubung dengan perasaan bahagia dari masa lalu yang diidealkan, dengan cara mengingat kenangan-kenangan positif.
Selama bertahun-tahun, para pemasar telah menyadari bahwa nostalgia adalah cara yang kuat untuk membangkitkan emosi positif—sampai-sampai pemasaran nostalgia menjadi strategi pemasaran yang diakui. Metode ini membangkitkan kenangan positif dan perasaan yang terkait dengan masa lalu untuk menciptakan keterhubungan emosi dengan konsumen.
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa nostalgia dapat membuat konsumen rela membayar lebih, meningkatkan ikatan dengan merek terkait, mendorong keinginan untuk membeli, serta menaikkan keterlibatan digital dengan merek tersebut. Nostalgia bisa jadi merupakan faktor pendorong di balik pembelian HP lipat karena mampu membangkitkan kenangan terhadap komunikasi seluler di masa lampau.
Namun pemasaran nostalgia tak hanya menyasar generasi muda. Metode ini juga ampuh untuk menggaet mereka yang tumbuh dengan menggunakan ponsel lawas.
Nokia, contohnya, merupakan perusahaan yang paham betul soal ini. Iklan Nokia 2720 V Flip di YouTube menunjukkan bagaimana sebuah merek dapat menggunakan pemasaran nostalgia untuk menarik konsumen dan mendongkrak penjualan. Ketika generasi yang lebih tua membahas mengenai obyek dari masa lalu, mereka kerap mengenang “masa emas”. Kolom komentar dari iklan Nokia tersebut, misalnya, menggambarkan pemikiran ini.
Salah satu komen berbunyi: “Ponsel pertamaku adalah Nokia 2760! Itu juga ponsel lipat yang bagus. Ini mendatangkan kembali kenangan yang indah.” Pengguna lain berkata: “Aku pasti akan membeli ini hanya demi mengenang masa lalu yang indah. Ketika hidup masih mudah.”
Detoks Digital
Alasan lain mengapa orang-orang membeli ponsel lipat adalah untuk melakukan detoks digital dan mengurangi waktu di depan layar. Detoks digital merujuk pada periode waktu saat seseorang menahan diri dari menggunakan perangkat elektronik mereka, seperti smartphone, untuk berfokus pada koneksi sosial di dunia nyata dan mengurangi stres.
Pada 2022, masyarakat Amerika menggunakan gawainya lebih dari 4,5 jam sehari. Pada periode yang sama di Kanada, orang-orang dewasa menghabiskan 3,2 jam per hari di depan layar perangkat mereka. Sementara itu, anak-anak dan remaja menghabiskan sekitar tiga jam per hari pada 2016 dan 2017.
Terlalu banyak menggunakan gawai dapat menimbulkan berbagai macam efek buruk, seperti gangguan tidur. Lebih dari separuh populasi di Kanada, misalnya, mengecek smartphone mereka sebelum tidur.
Cahaya biru yang dipancarkan dari smartphone dapat menekan produksi melatonin yang dapat membuat kita lebih sulit tidur dan menyebabkan masalah fisiologis, termasuk penurunan toleransi glukosa, peningkatan tekanan darah, dan peningkatan penanda inflamasi.
Peningkatan keterhubungan digital dan tekanan untuk segera merespons, terutama pada era setelah pandemi saat banyak orang bekerja jarak jauh, dapat menyebabkan naiknya tingkat kecemasan dan stres. Terus-menerus online juga dapat menurunkan konektivitas sosial dan berdampak negatif pada hubungan personal serta kemampuan sosial.
Kebisingan digital yang konstan dan sifat multitasking dari smartphone dan aplikasi semacam TikTok dapat menyebabkan penurunan rentang perhatian. Dari observasi personal saya di ruang kelas, saya melihat bahwa mahasiswa kesulitan berkonsentrasi dalam waktu lama.
Suatu kondisi yang dikenal sebagai text neck juga mungkin terjadi ketika seseorang menghabiskan waktu terlalu lama menunduk dan melihat gawainya. Otot yang berulang kali tegang untuk menahan kepala ke depan dan ke bawah dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta nyeri di leher.
Dengan makin sadarnya orang-orang terhadap potensi efek samping dari menatap layar berlebihan dan keterhubungan digital yang terus-menerus, beberapa memilih untuk melakukan detoks digital. Ponsel lipat merupakan cara orang-orang membatasi paparan terhadap kebisingan digital dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan teknologi.
Ponsel lipat Nokia 2720. Shutterstock
Masalah Privasi
Smartphone memiliki daftar panjang fitur-fitur canggih, seperti kamera, GPS, dan berbagai aplikasi—semuanya dapat menyimpan serta mengakses data personal dalam jumlah besar.
Dalam beberapa kasus, data personal dapat digunakan untuk menayangkan iklan yang sesuai dengan pengguna. Namun, dalam kasus terburuk, informasi dapat dibocorkan sebagai bagian dari pelanggaran data. Makin banyak orang khawatir akan bagaimana data mereka dikumpulkan, dibagikan, dan digunakan oleh perusahaan serta platform online.
Wajar saja orang merasa khawatir akan potensi penyalahgunaan informasi pribadi mereka. Ini mengapa para pengguna berusaha menyelesaikan masalah tersebut sendiri dan mencari cara kreatif untuk membatasi jumlah data mereka yang berpotensi didulang.
Umumnya, ponsel lipat jadul memiliki lebih sedikit fitur untuk mengumpulkan dan menyimpan data personal dibanding smartphone. Bagi mereka yang khawatir akan privasi, pelanggaran, atau pengawasan data, ponsel lipat jadul pun menjadi pilihan menarik.
Namun bukan berarti smartphone akan ketinggalan zaman. Jutaan smartphone masih diperdagangkan di seluruh dunia setiap tahun.
Tren ini justru akan membuat pengguna menggunakan smartphone dan ponsel lipat pada saat bersamaan serta memungkinkan pengguna melakukan detoks digital dan mengurangi waktu menatap layar tanpa mengorbankan manfaat yang bisa didapat dari media sosial.
---
Artikel ini ditulis oleh Omar H. Fares, dosen di Ted Rogers School of Retail Management, Toronto Metropolitan University, Kanada. Terbit pertama kali di The Conversation.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo