Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Indef membuka Ruang Baca Faisal Basri di kantor mereka di Jakarta Selatan.
Perpustakaan ini berisi sekitar 2.000 buku milik Faisal Basri, ekonom senior yang berpulang pada tahun lalu.
Sebagian besar buku ini dibeli Faisal Basri di luar negeri dan bisa dibaca secara gratis oleh publik.
SENIN, 12 Agustus 2024, menjadi pertemuan terakhir antara peneliti Institute for Development of Economics and Finance atau Indef dan Faisal Basri, ekonom senior sekaligus salah satu pendiri lembaga riset ekonomi tersebut. Kala itu, mereka menggelar syukuran ulang tahun ke-29 Indef. "Saya memotong tumpeng dan memberikannya kepada Pak Faisal,” kata Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti kepada Tempo di ruang kerjanya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, 7 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faisal adalah tokoh intelektual yang kerap mengkritik pemerintah agar menjalankan kebijakan politik dan ekonomi yang sejalan dengan kepentingan publik. Dua pekan sebelum meninggal, misalnya, dia menyoroti tumpukan utang pemerintah yang terus bertambah hanya untuk membayar bunga pinjaman. Sepekan sebelum meninggal, dia mendampingi sekelompok warga Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yang menolak penambangan seng dan timah hitam di kawasan tempat tinggal mereka. Faisal berpulang akibat serangan jantung pada 5 September 2024 di Jakarta pada usia 64 tahun.
Pada Jumat siang itu, Indef membuka Ruang Baca Faisal Basri di kantor Indef untuk mengenang dan merawat pemikiran pakar ekonomi tersebut. Ada sekitar 2.000 buku koleksi Faisal. Sebagian besar Faisal bawa sendiri setiap berkunjung ke kantor Indef pada hari-hari terakhirnya. "Seperti punya firasat mau meninggalkan kami," kata Esther.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah buku koleksi milik ekonom mendiang Faisal Basri di perpustakaan Ruang Baca Faisal Basri di gedung Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 7 Februari 2025. Tempo/Ihsan Reliubun
Ruang Baca Faisal Basri berukuran 4 x 4 meter. Ada dipan dua susun berbentuk tangga serta meja kecil di tengah. Selain buku bertema ekonomi, koleksi Faisal terdiri atas beragam topik, dari sosial, agama, biografi, sejarah, hingga sastra. Dari Prelude to Political Economy: A Study of the Social and Political Foundations of Economics karya Kaushik Basu; Crisis Economics: A Crash Course in the Future of Finance (Nouriel Roubini); The End of the Free Market (Ian Bremmer), hingga Out of Poverty: What Works When Traditional Approaches Fail (Paul Polak).
Di ruang kerja direksi, di antaranya di sebelah meja Esther, ada rak berisi berbagai buku, seperti The Quest: Energy, Security, and the Remaking of the Modern World karya Daniel Yergin; Implementation and Public Policy (Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier); Failed States (Noam Chomsky); serta autobiografi Mohammad Hatta berjudul Untuk Negeriku.
Melipir ke ruang seminar, tersedia lebih dari 1.000 buku. Ruangan ini berukuran 5 x 10 meter dan berisi dua rak. Di sisi kiri terlihat buku Reformasi Pasar untuk Kesejahteraan Rakyat karya Eka Sastra; Comeback, Case by Case: Building the Resurgence of American Business (Ezra F. Vogel); Economics of the Public Sector (Joseph E. Stiglitz); dan The Alchemy of Finance (George Soros). Di sisi kanan ada berbagai buku nonekonomi, seperti novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer.
Total buku di perpustakaan itu sebanyak 2.000 eksemplar. Menurut Esther, sebagian besar buku di tiga ruangan ini milik Faisal. "Harta beliau memang buku," katanya.
Saat ini, pengelola sedang menginventarisasi buku-buku tersebut. Begitu rampung, Esther melanjutkan, koleksi Faisal itu dibuka untuk umum. "Monggo baca di sini," ujarnya.
Istri ekonom mendiang Faisal Basri, Syafitrie Nasution meresmikan perpustakaan Ruang Baca Faisal Basri di gedung Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 7 Februari 2025. Tempo/Ihsan Reliubun
Agar wawasan ekonom senior Universitas Indonesia itu diserap secara luas, Esther berencana mengadakan diskusi rutin satu bulan sekali. Pandangan kritis Faisal perihal kebijakan ekonomi pemerintah dianggap masih relevan. “Pemikiran beliau tidak lekang oleh zaman,” kata pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang, tersebut.
Faisal memang penggila buku. Istri Faisal, Syafitrie Nasution, meminta Esther memboyong buku-buku Faisal yang masih tersimpan di apartemennya agar bisa dimanfaatkan banyak orang. Mengutip Syafitrie, Esther mengatakan, setiap ke luar negeri, Faisal tidak membawa banyak pakaian. Dengan demikian, kopernya bisa menampung banyak buku yang dia borong.
Putri Faisal, Siti Nabila Azuraa, mengatakan deretan buku yang kini dirawat Indef tersebut merupakan koleksi ayahnya sejak 1970-an. Harta ini beli dari berbagai negara. Dia senang karena buku tersebut akan dinikmati dan bermanfaat bagi orang lain. "Kalau di rumah, cuma kami yang baca," kata Nabila.
Sebagian besar buku yang kini menempati Ruang Baca Faisal Basri dulunya dipajang di ruang kerja Faisal. Di ruang kerja itu, Faisal menyendiri, berfokus bekerja, dan membaca. Temannya hanya kopi dan asap rokok.
Menurut Nabila, ayahnya bisa menghabiskan satu hari penuh di ruang kerja. Kadang hingga pukul 24.00. Ruang itu juga menjadi tempat Faisal menunaikan salat. Sebagai kutu buku, Faisal selalu membawa buku ke mana saja, termasuk saat liburan. "Ia mencintai membaca dan menulis," kata perempuan 27 tahun itu.
Sejumlah buku koleksi milik ekonom mendiang Faisal Basri di perpustakaan Ruang Baca Faisal Basri di gedung Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 7 Februari 2025. Tempo/Ihsan Reliubun
Nabila menceritakan saat kecil dia sering digandeng ayahnya ke toko buku. Mereka bisa berjam-jam di toko dan memborong banyak kitab. "Ia tidak sekadar ngomong, tapi selalu memberi contoh dengan tindakan," kata alumnus antropologi Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada, tersebut.
Kebiasaan itu berlanjut hingga Nabila dewasa. Pada 2022, Faisal mengunjungi Nabila di Kanada. Ayah dan anak itu berkeliling di pasar buku bekas, lalu mampir di Macleod's Books, toko buku di pusat kota Vancouver. Nabila masih ingat ayahnya membeli beberapa buku ekonomi Kanada dan buku filsafat karya Markus Aurelius.
Kritik soal pengelolaan keuangan yang jujur bukan sebatas omongan. Faisal mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Esther mengatakan Faisal selalu mengembalikan uang perjalanan dinas yang tersisa. "Kalau perjalanan dinas tiga hari dan ia lakukan satu hari, sisanya langsung dikembalikan," kata Esther, yang mengenal Faisal sejak 2001 saat Faisal bekerja di Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
Sewaktu menjadi Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia atau LPEM UI pada 1993-1995, Faisal mendapat fasilitas mobil dinas dan uang bensin. Suatu ketika, dia menolak menggunakan uang minyak. "Saat itu, dia beli bensin dengan uangnya sendiri karena istrinya ikut menumpang di mobil itu," ujar Esther.
Didik J. Rachbini, Direktur Indef periode 1995-2000 yang kini menjadi Rektor Universitas Paramadina, mengatakan dalam pemikiran Faisal, substansi ekonomi adalah politik. Fenomena politik saat ini bagi Faisal tidak mungkin menghasilkan kebijakan ekonomi yang berorientasi kepada pemerataan dan keberpihakan kepada rakyat. “Pemerataan dan kerakyatan hanya menjadi jargon,” kata Didik mengutip Faisal.
Pemikiran kritis seperti itu tentu saja tidak turun dari langit. Faisal mengadopsinya dari tumpukan kitab yang dia beli dari berbagai toko buku, baik baru maupun bekas, di dalam dan luar negeri. Buku-buku itu kini terbuka untuk umum di kantor Indef di Jakarta Selatan. "Ini keinginan ayah, supaya buku-buku itu menjadi manfaat untuk orang banyak," kata Nabila.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo