Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Stunting merupakan kondisi yang tidak biasa pada tubuh manusia. Stunting adalah indikator malnutrisi kronis yang mengacu pada keterbelakangan pertumbuhan linier dan defisit pertumbuhan kumulatif pada anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip dari qcademic.uop.com, stunting bisa menjadi faktor dalam kegagalan untuk tumbuh tinggi yang terjadi sebagai akibat dari nutrisi yang tidak memadai dalam jangka waktu yang lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seorang anak kemungkinan mengalami stunting apabila ia lebih kecil dari anak-anak lain seusianya. Ini biasanya dianggap sebagai masalah medis jika mereka lebih kecil dari 95 persen anak-anak seusia mereka serta tingkat pertumbuhannya yang lambat.
Keterlambatan pertumbuhan juga dapat didiagnosis pada anak yang tingginya dalam kisaran normal, tetapi laju pertumbuhannya melambat. Mengutip dari Health Line, berikut adalah ciri-ciri anak mengalami stunting:
- Anak memiliki bentuk dwarfisme tertentu, ukuran lengan atau kaki mereka mungkin tidak sesuai dengan proporsi normal tubuh mereka.
- Anak memiliki kadar hormon tiroksin yang rendah, mereka mungkin kehilangan energi, sembelit, memiliki kulit yang kering, dan rambut yang kering.
- Anak memiliki tingkat hormon pertumbuhan (GH) yang rendah, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan wajah mereka, menyebabkan mereka terlihat muda secara tidak normal.
- Pertumbuhan anak tertunda disebabkan oleh penyakit perut atau usus di mana mereka mungkin mengalami tinja berdarah, diare, sembelit, muntah, atau mual.
Selain ciri-ciri di atas, sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami stunting kemungkinan tidak pernah mencapai potensi tinggi mereka sepenuhnya.
Mengutip dari ncbi.nlm.nih.gov, anak yang mengalami stunting memiliki perkembangan kemampuan kognitif yang buruk yang mengarah pada kinerja pendidikan yang kurang optimal dan penurunan kapasitas intelektual, perkembangan motorik, dan sosial ekonomi.
VALMAI ALZENA KARLA