Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai Dermatitis Atopik (DA), suatu penyakit kulit kronis yang dapat menyerang semua umur, dari bayi sampai dengan lansia, dan mengenai semua jenis kelamin. DA dapat membuat kulit meradang, gatal, kering, dan pecah-pecah dan jika tidak segera ditangani akan menurunkan kualitas hidup. Oleh karena itu, segera konsultasikan ke dokter sepesialis kulit agar mendapatkan penanganan secepatnya. Menurut data World Allergy Organization 2018, prevalensi penderita DA pada anak sebesar 5-30 persen dan pada dewasa sebesar 1-10 persen dari populasi dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dokter ahli kulit, sekaligus CEO Klinik Pramudia Anthony Handoko mengatakan DA merupakan penyakit kulit yang diturunkan dari gen orang tua ke anak. "Sehingga sebaiknya penderita penyakit kulit ini tidak memakai terminologi ‘sembuh’, melainkan ‘terkontrol’," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 19 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dermatitis Atopik dapat dicetuskan oleh banyak faktor, antara lainnya adalah cuaca panas, perubahan cuaca, keringat yang berlebih, debu, daya tahan menurun, stres dan gigitan seranggga. Secara umum penderita DA cenderung memiliki kulit yang cenderung kering dan gejala utama pada penderita DA adalah merah dan gatal. "Sehingga sering disebut dengan istilah eczema atau eksim,” kata Anthony.
DA pada dewasa dan lansia, kata dokter ahli kulit Ronny Handoko, umumnya memiliki faktor risiko seperti udara panas, sinar matahari, keringat tubuh, debu yang berlebih, bahan pakaian polyester dan wool, jenis kelembaban sabun, stress, pre-menstrual, makanan tertentu, bahan ditergen yang digunakan, dan menggunakan sesuatu dari bahan logam imitasi, karet dan plastik.“Pada prinsipnya, pasien lansia dan dewasa akan merasakan gejala dan lokasi luka yang sama," kata Ronny.
Gejala utama dermatitis atopik adalah gatal kronis dengan variasi ringan sampai berat yang menimbulkan ruam dan dapat ditemukan dimuka, leher, punggung, tungkai, lipatan lengan.Orang yang mengalami masalah ini pastinya akan sangat mengganggu bagi kehidupan sosial karena akan menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman bagi pasien. bahkan dapat menumbuhkan rasa minder karena luka yang ditimbulkan,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Jika dibandingkan, pasien lansia lebih rentan terkena DA dibandingkan pasien dewasa. Kulit masyarakat lansia biasanya lebih tipis dan menurunnya daya tahan kulit sehingga regenerasi kulit lebih lebih rendah, ditambah dengan sistem imun yang rendah akan memperburuk DA," kata Anthony. Dalam penanganan pasien geriatri, dibutuhkan peran keluarga atau pengasuh yang memahami DA karena rutinitas yang higienis sangat penting untuk pasien DA.
Anthony mengatakan Dermatitis Atopik sering disebut dengan masalah alergi. Padahal istilah alergi adalah suatu istilah umum yang paling sering digunakan secara luas tentang keluhan gatal di kulit. Yang dimaksud sebenarnya dengan alergi adalah suatu respon tubuh terhadap satu atau beberapa benda asing (Alergan), dan pada
umumnya menimbulkan keluhan gatal di kulit. "Faktanya, karena salah satu keluhan utama dari DA adalah gatal, maka penyakit DA sering disebut sebagai alergi, padahal tidak semua penderita alergi adalah penderita DA, tetapi keduanya memang memiliki keluhan yang sama, yaitu gatal,” katanya.
Ia menyarankan agar pasien segera konsultasikan ke dokter spesialis kulit sedini mungkin bila anak Anda atau orang di sekeliling Anda memiliki keluhan gatal dan merah yang berulang (kronis) dan memiliki gejala penyerta lainnya seperti bersin-pada pagi hari, mata bengkak, dan keluhan asma. "Aagar mendapatkan pengobatan DA
dan perawatan DA yang tepat,” katanya.