Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Memahami Perbedaan Social dan Physical Distancing

Di masa wabah virus corona ini, istilah social distancing dan physical distancing pun jadi populer. Apa bedanya?

30 Maret 2020 | 19.30 WIB

Penumpang duduk di bangku yang telah diberi stiker panduan jarak antarpenumpang di rangkaian gerbong kereta MRT, Jakarta, Jumat, 20 Maret 2020. Sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus Corona atau COVID-19, pemerintah telah memberikan arahan kepada seluruh masyarakat untuk mulai menerapkan praktik "social distancing" atau menjaga jarak sosial dalam kegiatan sehari-hari. ANTARA
Perbesar
Penumpang duduk di bangku yang telah diberi stiker panduan jarak antarpenumpang di rangkaian gerbong kereta MRT, Jakarta, Jumat, 20 Maret 2020. Sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus Corona atau COVID-19, pemerintah telah memberikan arahan kepada seluruh masyarakat untuk mulai menerapkan praktik "social distancing" atau menjaga jarak sosial dalam kegiatan sehari-hari. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan mewabahnya virus corona, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah pun menggalakkan social distancing. Sesuai dengan namanya, ini adalah gerakan isolasi sosial yang dipercaya ampuh memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat mengatakan social distancing diterapkan melalui pembatasan kontak sejauh 1,82 meter dari orang lain. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk bekerja dari rumah hingga mengurangi kunjungan ke pusat keramaian, seperti mal, stadion, dan bioskop.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun, baru-baru ini istilah social distancing pun mulai tergantikan dengan physical distancing. Apa bedanya?

Melansir dari situs IFL Science, physical distancing sama dengan pembatasan fisik. Itu berarti, setiap orang tetap diperbolehkan untuk bersosialisasi namun memperhatikan aktivitas fisik dengan orang lain. Misalnya, mereka tidak boleh berjabat tangan tapi tetap terkoneksi dengan komunikasi bersama orang lain.

Adapun profesor psikologi di Universitas Stanford, Jamil Zaki, mengatakan physical distancing lebih cocok diterapkan dibandingkan social distancing sebab merujuk pada kesehatan mental masyarakat.

Social distancing bisa meningkatkan stres pada manusia. Sedangkan kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jadi, ada baiknya kita tetap terhubung dan bersosialisasi dengan sesama walaupun dalam keadaan saling berjauhan melalui penerapan physical distancing,” katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus