Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mungkin Anda akan terheran-heran bila menyaksikan batu, pensil, dan arang disuguhkan di meja makan. Namun inilah keunikan menu-menu di Restoran Namaaz Dining di Jalan Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apa yang kamu lihat tak seperti apa yang akan kamu makan," kata Chef Andrian Ishak, pencipta menu-menu unik itu, di Restoran Namaaz, Rabu, 7 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kalimat Andrian benar. Ia mengejutkan para tamu dengan sajian yang tak biasa. Mula-mula, dia menyuguhkan batu yang ditumpuk di sebuah cobek. Batu itu seperti pualam dengan bentuk bulat-pipih.
Chef Andrian Ishak (Kiri) saat menyiapkan hidangan di dapur Restoran "Namaaz Dining" Jl. Raya Fatmawati 26C, Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu (2/1). TEMPO/Dhemas Reviyanto
Dia meminta tamu untuk mengambil satu per satu. Rupanya, batu ini dapat dimakan. Teksturnya lembek ketika diangkat. Saat masuk mulut, batu berubah jadi ketan. Di dalamnya disematkan potongan udang dan sambal roa. "Ini udang di balik batu," kata Andrian, menjelaskan nama menu tersebut.
Setelah 'batu', Andrian memberi sajian kertas dan pensil. Alat tulis itu diletakkan di atas piring. Namun, lagi-lagi, apa yang dilihat tak seperti apa yang akan dirasakan lidah saat menyantapnya.
Pensil dan kertas itu bukan alat tulis betulan, meski bentuknya seperti asli. Keduanya adalah gulai dan keripik. Ujung pensil yang juga bisa dipakai untuk menulis, terbuat dari tinta hitam cumi-cumi yang dikeringkan. Rasa makanan itu gurih dengan rasa kaldu yang kuat.
Kejutan belum kelar. Sang chef kini menyuguhkan sepiring arang. Warnanya hitam lekat. Meski arang itu adalah makanan yang masih dirahasiakan bumbu-bumbunya, keberadaannya tampak sangat tak menggairahkan untuk disantap.
Namun Anda bisa jadi berubah pikiran setelah mencicipinya. Sebab, arang ini adalah gabungan antara singkong rebus dan kambing guling yang dilumuri bumbu tinta hitam cumi-cumi.
Sejumlah masakan ini diolah dengan teknik molecular cooking. Teknik ini merupakan inovasi baru di dunia kuliner, yang mengandalkan proses transformasi kimiawi dari bahan-bahan pangan pada proses memasak serta fenomena sensori saat masakan itu dikonsumsi.
Exploadeng, dessert andalan Restoran Namaaz Dining Jakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana
Untuk menikmati sensasi makan di Restoran Namaaz Dining, pengunjung kudu membayar Rp 1,25 juta buat sepaket menu. Satu paket menu ini berisi 17 masakan dengan rasa dan sensasi yang berbeda-beda.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Artikel Lain: Aroma Teh Hijau dari Gunungan Es di Fat Bubble