Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Dalam mendidik anak, orang tua dapat memiliki gaya pola asuh yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya lebih memilih untuk menjadi strict parents. Apa itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Parenting For Brain, strict parents dapat diartikan sebagai orang tua yang menempatkan standar dan tuntutan tinggi pada anak-anak mereka. Strict parents dapat menjadi otoratif atau otoriter, bergantung pada keyakinan disiplin orang tua dan responsivitas terhadap kebutuhan anak mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang tua yang otoratif memasang standar tinggi pada anak mereka, tetapi juga memberi dukungan yang hangat dan responsif. Mereka mengizinkan anak-anak untuk menantang aturan atau memberikan umpan balik.
Sementara orang tua otoriter cenderung bersikap dingin, tidak responsif, dan tidak memberi dukungan pada anak. Mereka tidak mengizinkan anak untuk menyuarakan pendapat atau mempertanyakan keputusan orang tua. Sayangnya, kebanyakan strict parents menerapkan gaya pengasuhan ini.
Ciri-ciri Strict Parents
Strict parents dapat dicirikan sebagai berikut :
- Memiliki banyak aturan ketat dan menuntut
- Menuntut anak untuk memenuhi harapan mereka
- Tidak membiarkan anak untuk mempertanyakan otoritas orang tua
- Memberikan hukuman berat saat anak melanggar aturan
- Bersikap dingin dan tidak responsif terhadap anak
- Kerap melontarkan kata-kata yang memalukan dan kasar
- Tidak membiarkan anak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
- Memiliki harapan tinggi yang tidak realistis
- Tidak mentolerir kesalahan
- Merasa selalu benar
Dampak Strict Parents pada Anak
Strict parents yang otoriter dapat berdampak negatif pada anak. Beberapa masalah yang mungkin muncul antara lain :
- Tingkat kepercayaan diri yang rendah
Menurut penelitian, mahasiswa dengan orang tua yang otoriter cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Sebagaimana dilansir dari MedicineNet,banyak diantaranya kurang inisiatif daripada mahasiswa yang orang tuanya tidak begitu ketat.
- Kenakalan
Strict parents cenderung membesarkan anak-anak yang tidak sopan dan nakal. Ironisnya, anak-anak mereka tidak melihat orang tua sebagai figur otoritas yang sah. Oleh karena itu, anak-anak dari strict parents cenderung tidak menaati aturan dan kerap terlibat dalam kenakalan.
- Depresi
Anak-anak dari orang tua yang otoriter dan kerap mengabaikan perasaan mereka lebih mungkin mengembangkan depresi dan kecemasan.
- Penindasan
Anak-anak dari strict parents lebih mungkin mengalami penindasan atau justru menjadi penindas. Beberapa anak menjadi target yang mudah diganggu karena mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Sementara anak yang lain memilih menjadi penindas karena mereka melihat perilaku itu di rumah.
- Masalah perilaku
Penelitian terhadap 600 anak berusia 8-10 tahun menunjukkan bahwa anak dari orang tua otoriter memiliki masalah perilaku yang paling banyak, seperti agresi, hiperaktif, dan antisosial.
- Masalah dengan pengaturan diri
Penelitian di University of Georgia menunjukkan bahwa anak-anak dari strict parents cenderung bertingkah dan kurang mampu mengatur diri sendiri begitu tumbuh dewasa. Ini karena merka tidak diajarkan untuk mengatur perilaku mereka sendiri sedari kecil.
- Obesitas
Anak-anak prasekolah dengan strict parents yang otoriter 35 persen lebih mungkin mengalami obesitas daripada teman sebayanya yang lain. Sementara anak usia sekolah dengan strict parents yang otoriter juga 41 persen lebih mungkin mengalami obesitas.
Demikian penjelasan lengkap gaya mendidik anak yang masing-masing punya dampak tersendiri.
SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga : Mengenali Tiger Parenting: Pola Asuh Anak yang Cenderung Otoriter