Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Saran Psikolog buat yang Ingin Memasukkan Anak ke Pondok Pesantren

Orang tua wajib mendidik anak sebelum memutuskan memasukkan ke sekolah berasrama seperti pondok pesantren. Simak saran psikolog.

1 Maret 2024 | 20.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang santri sedang menyimak kajian kitab burdah yang di pimpin langsung oleh pengasuh pondok Said Aqil Siradj di pondok pesantren Al-tsaqafah Ciganjur Jakarta Selatan, Minggu, 26 Maret 2023. Kajian yang diikuti ratusan santri tersebut, merupakan kegiatan rutin pagi hari selama bulan Ramadan di pondok pesantren Al-tsaqafah. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.'

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, mengingatkan orang tua wajib mendidik anak sebelum memutuskan memasukkan ke sekolah berasrama seperti pondok pesantren.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Yang paling penting adalah edukasi, bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya, juga kembali lagi pada tujuan menyekolahkan di pesantren itu apa?” kata Novi, Jumat, 1 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan orang tua wajib membekali anak-anak dengan pendidikan dan akhlak yang baik. Anak-anak perlu dididik untuk memiliki empati dan sikap menghargai orang lain sehingga dapat menempatkan diri di lingkungan mana pun.

Ketika menyekolahkan anak ke asrama atau pondok pesantren orang tua perlu memahami interaksi secara langsung dengan anak akan berkurang. Karena itu, meski tidak bisa bertemu langsung setiap hari, orang tua perlu membangun pola komunikasi yang terbuka dan intens untuk mengetahui keadaan serta memastikan anak berada dalam kondisi sehat fisik maupun mental.

Pahami lingkungan pesantren
Dia melihat tidak sedikit orang tua merasa kewalahan mendidik anak sehingga memasukkan anak ke asrama atau pondok pesantren dengan harapan sikap dan perilakunya jadi lebih baik.

“Biasanya dititipkan supaya bisa diperbaiki tetapi tidak disampaikan ke pihak pesantren. Kemudian, pesantren apakah bisa menangani hal ini? Kalau tidak bisa berarti harus dipertimbangkan lagi,” ujar Novi.

Kemudian, orang tua umumnya berharap anak bisa mandiri di lingkungan pesantren. Namun, kenyataannya di beberapa pesantren kelas menengah ke atas justru terdapat fasilitas-fasilitas lengkap yang menyebabkan anak tidak bisa mandiri.

“Kalau tujuan agama mungkin bisa tercapai tetapi harapan agar anaknya mandiri malah tidak tercapai,” katanya.

Novi mengimbau orang tua untuk mengetahui secara pasti lingkungan dan budaya yang ada sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak di pondok pesantren. Tujuannya agar orang tua benar-benar tahu dan yakin pesantren yang dipilih sesuai harapan.

“Jangan karena gedung bagus, fasilitas lengkap, atau nama besar pesantren saja. Orang tua perlu tahu lingkungan, nilai, hingga ekosistem untuk menunjang pendidikan anak. Itu bisa dirasakan sebetulnya,” ujar Novi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus