Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengapa Migrain Lebih Sering Terjadi pada Wanita?

Migrain lebih sering terjadi pada wanita dan hormon seks memainkan peran penting di dalamnya.

19 Agustus 2023 | 10.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Migrain adalah jenis sakit kepala yang menyebabkan nyeri berdenyut parah di satu sisi kepala. Sakit kepala jenis ini terasa seperti sensasi mendorong pada salah satu bagian kepala saja. Migrain dapat berlangsung selama beberapa jam hingga berhari-hari dan rasa sakit yang terkait dengannya sangat parah sehingga mempengaruhi kualitas hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum terkena serangan migrain, individu mengalami beberapa tanda. Tanda-tanda tersebut tidak pasti dan bervariasi dari individu ke individu. Dilansir dari Mayo Clinic, tanda peringatan itu digambarkan sebagai aura. Aura dapat mencakup gangguan penglihatan, seperti kilatan cahaya atau titik buta, atau gangguan lainnya, seperti kesemutan di satu sisi wajah atau di lengan atau kaki, dan kesulitan berbicara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah studi yang dilakukan pada 2018 lalu oleh sejumlah ilmuwan di Universitas Miguel Hernández, Spanyol, menemukan bahwa migrain lebih sering terjadi pada wanita dan hormon seks memainkan peran penting di dalamnya. Temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Molecular Biosciences ini merupakan salah satu dari beberapa studi tentang migrain.

"Hormon, terutama estrogen, memainkan peran penting dalam perkembangan migrain. Wanita lebih rentan karena pola siklus siklus menstruasi, perubahan seismik yang terjadi selama kehamilan, dan fase transisi menopause. Perubahan kadar estrogen, seperti itu yang terjadi selama siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause, dapat memicu, atau memperparah migrain pada beberapa wanita," kata seorang konsultan dan ahli saraf Sonia Lal Gupta seperti dikutip dari Times of India.

Gupta mengatakan faktor lain seperti stres, pola tidur yang tidak teratur, kebiasaan makan, dan faktor gaya hidup lainnya dapat berkontribusi terhadap terjadinya migrain pada wanita. Faktor sosiokultural seperti perbedaan stresor, mekanisme koping, dan perilaku dalam mencari perawatan kesehatan juga dapat berperan dalam perbedaan gender yang diamati pada prevalensi migrain.

"Penelitian menunjukkan bahwa wanita mungkin memiliki ambang rasa sakit yang lebih rendah dan sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa sakit daripada pria. Sensitivitas yang meningkat ini berpotensi berkontribusi pada peningkatan frekuensi migrain pada wanita," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus