Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bed rotting adalah aktivitas di tempat tidur dalam waktu tertentu. Bukan untuk tidur, tapi untuk melakukan aktivitas pasif sebagai perawatan diri dan populer dilakukan oleh Generasi Z atau Gen Z yang mungkin merasa jenuh dengan aktivitas keterlibatan sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari health.com, para ahli setuju penting untuk memanjakan diri dalam perawatan untuk mengelola stres dan meningkatkan energi. Perawatan diri penting untuk kesehatan fisik dan mental, termasuk bed rotting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Orang-orang ini mungkin menggunakan praktik ini untuk memberi diri kesempatan untuk mengisi ulang baterai," kata psikolog di NewYork-Presbyterian dan Pusat Medis Irving Universitas Columbia, Cortney DeAngelis.
Dalam dosis kecil, bed rotting dapat menenangkan tubuh dan membantu meredakan stres serta kelelahan, terutama bagi yang bekerja berjam-jam dan menuntut fisik atau mental. Berbaring di tempat tidur dikenal sebagai cara untuk bersantai sehingga orang pun melakukannya tanpa merasa bersalah.
Durasi dan aktivitas
Bed rotting dapat bermanfaat bagi beberapa orang dalam jangka pendek. Tetapi, hal tersebut perlu menjadi perhatian jika berlangsung lebih dari 1-2 hari. Asisten profesor psikiatri klinis di universitas yang sama, Ryan Sultan, mengatakan jika bed rotting menjadi kebiasaan maka dapat menjadi tanda depresi atau masalah kesehatan mental lain.
“Penting untuk memperhatikan hal tersebut dan tidak membiarkan bed rotting menjadi pola perilaku,” kata Sultan.
Sependapat dengan Sultan, DeAngelis mengatakan jika menghabiskan waktu terlalu lama di tempat tidur juga membatasi waktu yang dapat dihabiskan untuk berhubungan secara bermakna dengan teman atau orang yang dicintai. Jika orang berhenti terlalu lama tanpa menyelesaikan tugas atau bersekolah atau bekerja, hal itu pada akhirnya bisa membuat ia lebih stres.
“Saya mengingatkan lebih sedikit lebih baik dalam konsep bed rotting dan melakukannya dalam jumlah sedang itu penting," jelas DeAngelis.
Selain lamanya sesi bed rotting, apa yang dilakukan di tempat tidur juga mempengaruhi kesehatan. Praktik tersebut dapat menjadi masalah jika sebagian besar waktu dihabiskan untuk tidur.
Saat terbaik untuk menggunakan ranjang dan kamar tidur adalah sebagai tempat untuk tidur dan aktivitas pribadi saja. Jika dapat melatih otak untuk mengasosiasikan ranjang hanya untuk tidur, oranga tidak akan mengalami banyak kesulitan untuk tidur di malam hari. Karena itu, ketika bersantai di ranjang, otak mungkin mengasosiasikan tempat tidur dengan hal-hal selain tidur dan dapat menyebabkan gangguan tidur.
"Sederhananya, fisik mungkin bingung di malam hari dan tidak akan tahu apakah Anda mencoba untuk tertidur atau tidak. Selain itu, ini menghilangkan kesempatan untuk melakukan latihan fisik, yang juga dapat membantu meningkatkan kualitas dan awal tidur,” papar DeAngelis.
Bed rotting sebelum tidur dapat menimbulkan masalah tidur. Jika melakukan hal-hal lain seperti bekerja atau menonton video, maka orang butuh waktu lebih lama untuk menenangkan pikiran dan tertidur. Hal terbaik yang dapat dilakukan untuk aktivitas bed rotting adalah dengan mencari tempat yang nyaman di luar kamar tidur, setelah itu baru ke tempat tidur saat waktu tidur.
Kaitan dengan depresi
Menurut DeAngelis, orang-orang yang mengalami depresi klinis atau kecemasan mungkin menganggap aktivitas bed rotting menarik sebab orang dengan kondisi tersebut cenderung memiliki energi dan suasana hati yang rendah serta kurangnya minat pada aktivitas yang biasanya dinikmati. Namun, bed rotting sendiri mungkin tidak memperbaiki gejala depresi atau kecemasan yang dialami.
"Ketika melakukan bed rotting, kita cenderung tetap dalam kondisi pikiran yang sama seperti sebelum melakukannya," ucap DeAngelis.
Faktanya, melakukan lebih sedikit aktivitas hanya dapat memicu siklus depresi atau kecemasan. Bed rotting dapat dimulai sebagai perawatan diri untuk beristirahat tapi kemudian berubah menjadi aktivitas yang kurang produktif atau menyenangkan karena lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial.
Selain itu, bed rotting dapat menyebabkan masalah tidur, lebih banyak isolasi sosial, dan menyebabkan lebih banyak depresi. Untuk memutus siklus tersebut, cobalah lebih aktif meningkatkan suasana hati dan motivasi terhadap seseorang.
Cara melakukan dengan aman
Penting untuk melakukan bed rotting sesehat dan seaman mungkin. Cobalah menghabiskan waktu istirahat dengan melakukan aktivitas yang terbukti menyenangkan seperti membaca, bermeditasi, membuat jurnal, atau yoga ringan. Hal tersebut lebih baik dibanding melakukan hal lain yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecemasan atau ketidakpuasan. Selain itu, tetapkan batasan waktu bed rotting untuk mencegah durasi tidur yang terlalu lama.
“Letakkan pengatur waktu di ponsel untuk membantu memberi sinyal dan isyarat sudah waktunya untuk beralih ke aktivitas lain. Beberapa orang bahkan mungkin tidak menyadari berapa jam yang dihabiskan di siang hari untuk bed rotting ketika asyik di depan layar,” ujar DeAngelis.
Sementara itu, penting untuk diketahui bed rotting dapat memberikan kelegaan sementara, jangan sampai malah menjadi kebiasaan sehari-hari. Bed rotting tidak boleh digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk mengatasi kelelahan atau depresi.
“Sementara bed rotting dapat memberikan kelonggaran dari tekanan kehidupan modern, penting untuk mendekatinya dengan kesadaran dan niat. Jika itu menjadi kebiasaan atau jika melihat tanda-tanda depresi, sangat penting untuk mencari bantuan profesional,” saran Sultan.
Pilihan Editor: 5 Permainan Tradisional Anak yang Mulai Ditinggalkan Gen Z