Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Miastenia Gravis, Gangguan Autoimun yang Pengaruhi Otot dan Saraf

Miastenia gravis (MG) adalah gangguan autoimun neuromuskular kronis yang menyebabkan otot lemah dan merasa lelah dan disebut tak ada pengobatannya.

1 Desember 2024 | 14.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi perempuan lelah/kurang istirahat/mengantuk. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada bermacam penyakit terkait otot, yang paling umum misalnya distrofi otot dan penyakit Lou Gehrig. Tapi ada satu gangguan otot yang sangat jarang namun perlu diwaspadai, yakni miastenia gravis yang dialami 37 dari setiap 100 ribu orang di Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Miastenia gravis (MG) adalah gangguan autoimun neuromuskular kronis yang menyebabkan otot lemah dan merasa lelah. Kondisi ini terjadi ketika sistem imun menyerang tubuh sendiri, kata Sara Weidmayer, praktisi kesehatan di Pusat Medis LTC Charles S. Kettles VA di Michigan, Amerika Serikat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyakit ini mengganggu komunikasi atara saraf dan otot dengan cara mempengaruhi neurotransmiter yang disebut asetilkolin, yang mengalir antara saraf dan otot serta mempengaruhi kontraksi otot. Akibatnya, gangguan ini bisa mempengaruhi otot yang rutin bekerja, seperti yang mengontrol mata dan pergerakan kelopak mata, ekspresi wajah, menelan, dan bernapas. 

Dampaknya adalah masalah penglihatan, kelopak mata turun, serta kesulitan bicara, mengunyah makanan keras, dan bahkan membatasi kemampuan untuk mengangkat lengan melewati kepala. Kasus parah MG juga bisa mempengaruhi otot pernapasan, yang menurut Weidmayer bisa menyebabkan napas tersengal atau kesulitan bernapas dan menjadi kondisi darurat medis.

Penyebab miastenia gravis
Karena merupakan penyakit autoimun, kondisi ini disebabkan disfungsi sistem imun, walaupun sumber pasti disfungsi masih belum diketahui atau dipahami sepenuhnya. Sharon Hesterlee, kepala staf penelitian Asosiasi Distrofi Muskular di Chicago, menyebut faktor yang berkontribusi antara lain keturunan dan lingkungan. Beberapa pemicu lingkungan bisa menyebabkan infeksi, seperti stres kronis atau minum obat-obatan tertentu.

Dalam beberapa kasus, ketidaknormalan pada organ kecil yang disebut kelenjar timus juga berperan dalam memicu dan memperparah MG, tambah Hesterlee. Apapun penyebabnya, MG disebut tidak menular tapi tak ada cara juga untuk mencegahnya.

Hesterlee menjelaskan kondisi ini bisa didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan saraf, evaluasi elektromiografi yang mengamati masalah koneksi antara saraf dan otot, pindai CT atau MRI yang mampu mendeteksi gangguan neurologis terkait kondisi tersebut. Tes darah juga sering digunakan untuk mengidentifikasi antibodi terkait.

"Sekitar 80 persen pasien MG positif untuk antibodi di balik gangguan sistem imun," kata Weidmayer kepada USA Today.

Meski tak ada pengobatan buat MG, jika gangguan kronis ini sudah terdiagnosa, maka bisa dibantu meredakan dengan obat-obatan. Hesterlee mengatakan pengobatan lewat infus terkadang direkomendasikan untuk menetralkan antibodi terkait dan beberapa pasien harus menjalani operasi pembuangan kelenjar timus, yang disebut timektomi. Weidmayer juga mengatakan sebagian pasien mendapat pengobatan steroid, imunosupresan, dan pergantian plasma, seperti yang disarankan dokter spesialis.

"Pilihan pengobatan berfokus pada mengelola gejala dan memperbaiki kualitas hidup. Dengan perawatan yang layak, banyak penderita MG bisa mengelola gejala dengan efektif dan menjalani kehidupan yang aktif," papar Hesterlee.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus