Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mirror Syndrome adalah gangguan kehamilan yang memiliki gejala hampir sama dengan preeklamsia. Secara kasat mata, kedua kondisi ini mengakibatkan ibu hamil mengalami bengkak, khususnya di kaki, tekanan darah naik, dan sering pusing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip Jurnal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine, Mirror Syndrome atau Ballantyne syndrome adalah penyakit langka yang menyerang ibu hamil dan janin. Artinya, sindrom ini menyerang dua pihak, yakni ibu dan janin. Sementara kondisi preeklamsia terjadi kepada ibu dan berpotensi mengancam janin jika ibu hamil tidak mengontrol tekanan darah dan asupan protein.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam jurnal itu, Charité Medical Department of Obstetrics, University Berlin, Jerman, Thorsten Braun mengatakan Mirror Syndrome adalah suatu kondisi di mana janin dan ibu mengalami pembengkakan karena kelebihan cairan. Mirror Syndrome umumnya dipicu karena ibu mengalami preeklamsia -itu sebabnya gejalanya mirip, namun implikasinya berbeda.Ilustrasi ibu hamil. Freepik.com/Valuavitaly
Mirror Sindrome memiliki risiko kematian ibu hamil yang tinggi, yakni 67,2 persen. "Usia kehamilan yang rentan terjadi Mirror Syndrome adalah 27 minggu (sekitar enam sampai tujuh bulan usia kandungan)," kata Thorsten Braun dalam jurnal tersebut.
Kondisi pembengkakan yang terjadi dalam Mirror Syndrome terjadi di tiga titik utama. Pertama pada ibu, plasenta, dan janin. Berikut gejala umum Mirror Syndrome:
- Berat badan meningkat drastis dalam waktu cepat
- Tekanan darah meningkat
- Anemia ringan dan hemodilusi
- Albuminuria dan proteinuria (urine kelebihan protein)
- Peningkatan asam urat dan kreatinin
- Peningkatan enzim pada hati
- Sakit kepala dan gangguan penglihatan
Perlu pemeriksaan oleh ahli untuk mengetahui apakah ibu mengalami gangguan kehamilan Mirror Syndrome atau preeklamsia.
FAHIRA NOVANRA | TANDFONLINE | DEGRUYTER | KARGER