Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit thalassemia dikabarkan terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data WHO yang dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, terdapat sekitar 7-8 persen orang membawa gen kelainan dalam darah. Terutama pada daerah yang disebut thalassemia belt yang mencakup wilayah Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika sub-sahara dan Mediterania termasuk Indonesia. Di Indonesia, per Juni 2021 terdapat 10.973 kasus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), thalassemia merupakan kelainan darah yang diturunkan oleh orang tua pada anak melalui gen akibat tubuh tidak dapat memproduksi protein (hemoglobin). Hemoglobin tersebut merupakan bagian terpenting sel darah, di mana sel darah tidak dapat berfungsi dengan maksimal dan hanya bertahan dalam waktu singkat jika tidak terdapat hemoglobin yang cukup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sel darah berfungsi untuk mengalirkan oksigen ke seluruh sel tubuh untuk makanan sel. Jika hemoglobin kurang, sel darah juga tidak maksimal dalam mengedarkan oksigen sehingga seseorang mudah merasa lelah, lemas, lelah dan sesak napas atau disebut dengan anemia. Penderita thalassemia juga kemungkinan mengalami anemia ringan hingga berat. Anemia berat juga memungkinkan untuk merusak organ dan menyebabkan kematian.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, thalassemia tidak dapat menular karena diturunkan melalui genetik baik oleh pembawa sifat maupun bergejala. Sebab tidak terlihat dan memerlukan tes darah untuk melihat kadar hemoglobin sehingga perlu untuk mengetahui tanda dan gejalanya.
Untuk mengetahui seseorang mengidap thalassemia atau tidak, dilansir dari situs resemi Kemenkes, yaitu memiliki riwayat keluarga dengan thalassemia atau transfusi berulang. Untuk gejalanya bervariasi berdasarkan jenisnya, namun yang paling umum ditemui adalah pucat dan lemas karena anemia.
Thalasaemia terbagi menjadi tiga jenis, yakni thalassemia minor/trait/pembawa sifat, thalassemia intermedia dan thalassemia mayor.
1. Thalasaemia Mayor
Thalasaemia jenis ini umumnya diketahui sejak bayi, dengan gejala tampak pucat, lemah, lesu, sering sakit, kadang disertai perut yang membuncit. Pasien thalassemia mayor membutuhkan transfusi darah seumur hidup setiap 2-4 minggu sekali.
2. Thalasaemia Intermedia
Biasanya thalassemia intermedia baru dapat terdiagnosis pada anak dengan usia cukup besar dan biasanya tidak membutuhkan transfusi darah rutin.
3. Thalasaemia minor
Thalasaemia ini juga disebut dengan trait atau pembawa sifat. Thalasaemia minor biasanya tidak bergejala, tampak normal, namun pada pemeriksaan darah dapat ditemukan kadar Hb yang sedikit dibawah normal.
Untuk mendeteksi thalassemia minor perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar Hb yang rendah, kadar MCV, dan MCH yang rendah serta hasil analisa Hb yang abnormal. Selain itu, perlu pemeriksaan genetik dilakukan melalui pemeriksaan DNA dengan orang tua.
Di Indonesia, Kemenkes mencegah dengan melakukan deteksi dini yang bertujuan bertujuan mengidentifikasi pembawa sifat thalassemia agar tidak terjadi perkawinan sesama pembawa sifat.
TATA FERLIANA