Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Broken home ditandai kondisi keluarga yang tak harmonis. Perpecahan antara kedua orang tua biasanya merupakan penyebabnya, seperti dikutip dari Psychology Dictionary. Kondisi keluarga broken home memiliki dampak yang cukup berat terhadap kondisi psikologis anggota keluarga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip The Journal of Educational Sociology, keluarga broken home mempengaruhi kinerja anak di sekolah. Anak-anak dari keluarga broken home harus menanggung beban emosional yang besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa hal perlu dilakukan sebagai upaya untuk membangun motivasi. Kesadaran membangun motivasi untuk tetap bertahan bersama-sama. Mengutip Psychology Today, motivasi harus dbangun oleh salah satu anggota keluarga yang memiliki otoritas dan mampu melakukan inisiatif, ayah atau ibu. Saat membangun motivasi juga bisa menggunakan jasa psikolog untuk pemulihan.
Berpikir realistis sangat penting untuk pemulihan. Terkadang perpecahan muncul karena pikiran yang tak sejalan dengan kenyataan, misalnya impian keluarga bahagia. Pikiran yang realistis akan membantu untuk pulih. Setidaknya saling mengingatkan, tak ada keluarga yang sempurna kebahagiaannya tanpa melewati masalah secara bersama-sama.
Pendekatan ini agaknya memang tidak sama dengan membangun motivasi, tapi dampaknya dari mengelola pikiran akan baik untuk pemulihan, seperti dikutip dari situs web Kayenta Therapy.
BANGKIT ADHI WIGUNA