Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Meninggal karena Kelaparan, Berapa Lama Prosesnya?

Pakar menjelaskan alasan kelaparan bisa memicu kematian dan berapa lama prosesnya, menyusul kasus penemuan empat jenazah di Kalideres.

14 November 2022 | 11.54 WIB

Olah TKP ulang yang dilakukan Polda Metro Jaya bersama Puslabfor Polri di rumah tempat penemuan jenazah satu keluarga di Kalideres, Ahad, 13 November 2022. Tempo/M. Faiz Zaki
Perbesar
Olah TKP ulang yang dilakukan Polda Metro Jaya bersama Puslabfor Polri di rumah tempat penemuan jenazah satu keluarga di Kalideres, Ahad, 13 November 2022. Tempo/M. Faiz Zaki

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perhatian masyarakat tengah disedot oleh meninggalnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, yang diduga akibat kelaparan. Menanggapi hal tersebut, pakar kesehatan Profesor Zubairi Djoerban, menjelaskan alasan kelaparan bisa memicu kematian dan berapa lama prosesnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut organisasi anti-kemiskinan atau Oxfam, 11 orang meninggal karena kelaparan setiap menit di seluruh dunia. Sedang Mercy Corps menyebut sekitar 9 juta orang meninggal akibat kelaparan per tahun. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berapa hari manusia bertahan tanpa makan? Menurut Zubairi, jangka waktunya tak pasti. Banyak faktor berperan, seperti berat badan dan beberapa komplikasi yang menyertai ketika  tidak makan. Namun, bertahan hidup tanpa makanan jauh lebih lama dibanding tanpa air. 

Apa yang terjadi dengan tubuh saat lapar? Menurutnya, tubuh memiliki banyak akal. Ketika tidak makan, tubuh dapat memperoleh energi dan bahan bakar dari lemak sendiri. Jika diperlukan, bisa juga menggunakan otot. 

Dia melanjutkan puasa atau sengaja tidak makan untuk waktu singkat dapat jadi cara sehat untuk menurunkan berat badan atau mengelola kondisi medis tertentu. Namun, itu hanya boleh dilakukan berjam-jam, bukan berhari-hari. 

Bagaimana jika tubuh kelaparan selama berhari-hari? Menurut Zubairi, ketika orang tidak makan, cadangan glukosa habis dalam satu hari. Kemudian tubuh melepaskan hormon yang disebut glukagon. Hormon ini yang memberitahu hati untuk membuat glukosa, yang sebagian besar digunakan untuk memberi makan otak. 

Ketika kelaparan di hari ketiga, maka tubuh mulai memecah jaringan lemak. Otot menggunakan asam lemak yang dibuat selama proses ini sebagai sumber bahan bakar utama. Ketika cadangan asam lemak habis, tubuh beralih ke protein. 

"Ketika sudah satu minggu, tubuh orang yang kelaparan akan secara aktif memecah otot untuk mendapatkan protein. Saat pemecahan otot semakin cepat, tubuh mulai kehilangan fungsi jantung, ginjal, dan hati. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan kematian," tulisnya di akun Twitter. 

Dia menambahkan ada beberapa faktor yang menentukan ketahanan hidup orang yang lapar, antara lain jenis kelamin, usia, berat badan, dan lainnya. Sedangkan untuk anak-anak berisiko lebih tinggi meninggal selama kelaparan. 

"Namun, infeksi adalah kemungkinan penyebab kematian lain juga," tambahnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus