Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga Palestina mulai menjalani puasa Ramadan pada Senin, 11 Maret 2024. Puasa pada tahun ini dijalani warga dalam suasana suram dan mencekam karena perundingan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas di Jalur Gaza terhenti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Randa Baker, seorang warga Gaza, mengatakan Ramadan kali ini hidupnya hancur. Serangan besar-besaran yang dilakukan Israel telah membuat suaminya wafat. Kondisi ini telah mendesaknya untuk mengungsi ke wilayah Muwasi bersama dengan anak-anak dan ibunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ramadhan tahun ini adalah kelaparan, rasa sakit, dan kehilangan. Orang-orang yang seharusnya berada di meja makan bersama kami telah pergi (meninggal)," kata Randa, 33 tahun, seperti dilaporkan AP News.
Kepiluan tersebut tidak hanya dirasakan oleh Randa, tapi juga semua warga Gaza. Berikut adalah fakta-fakta terkini kesulitan yang dihadapi warga Gaza saat bulan Ramadan.
Ramadan Gaza di Tenda yang Sesak
Tidak banyak yang bisa dirayakan warga Gaza dalam rangka menyambut bulan Ramadan setelah perang berlangsung selama lima bulan. Mereka menyambut Ramadan dengan mengadakan doa bersama di luar di tengah puing-puing bangunan yang hancur.
Lampu-lampu dan dekorasi-dekorasi digantung di tenda-tenda yang penuh sesak. Sebuah rekaman video memperlihatkan sekolah PBB telah berubah menjadi tempat penampungan. Di sana anak-anak menari dan menyemprotkan busa sebagai perayaan menyambut Ramadan, sementara seorang laki-laki bernyanyi melalui pengeras suara.
Banyak Warga Kelaparan
Warga Palestina khususnya yang berada di Jalur Gaza harus menjalankan ibadah puasa dihantui dengan krisis pangan dan kelaparan. Meskipun ada makanan, namun hanya makanan kaleng yang tersedia. Sementara, makanan tersebut harganya juga terlalu mahal bagi banyak warga Palestina.
“Anda tidak melihat siapa pun bergembira. Setiap keluarga sedih. Setiap keluarga memiliki seorang gugur ditembak,” kata Sabah al-Hendi, yang sedang berbelanja makanan pada Minggu, 10 Maret 2024 di kota paling selatan Rafah seperti dilaporkan ABC News.
Akses Ibadah Ke Masjid Al Aqsa Dibatasi
Israel juga membatasi akses ke Masjid Al Aqsa dengan alasan masalah keamanan. Padahal pada tahun lalu, ratusan ribu orang bisa masuk ke masjid tersebut, namun kebanyakan dari mereka adalah perempuan, anak-anak, dan laki-laki lanjut usia.
Badan militer Israel yang bertanggung jawab atas urusan Palestina di Tepi Barat, yang dikenal sebagai COGAT, mengatakan pada Jumat, 8 Maret 2024, beberapa Muslim dari Tepi Barat akan diizinkan masuk ke komplek Masjid Al Aqsa untuk salat selama Ramadhan, namun mereka tidak menjelaskan lebih lanjut.
Setelah sempat simpang-siur pada bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan umat Islam boleh beribadah di Masjid al Aqsa hanya saja jumlahnya dibatasi, di mana aturan ini sama dengan tahun lalu.
“Ini adalah masjid kami dan kami harus merawatnya. Kami harus melindungi kehadiran umat Muslim di masjid ini yang seharusnya bisa masuk dalam jumlah yang besar secara damai dan aman,” kata Azzam al Khatib, Direktur Jerusalem Waqf, yayasan yang mengawasi Al Aqsa, seperti dikutip Reuters.
Ribuan Polisi Kepung Masjid Al Aqsa
Ribuan kepolisian dikerahkan ke jalan-jalan sekitar Kota Tua Yerusalem. Pengerahan tersebut dilakukan karena diperkirakan puluhan ribu jamaah akan beribadah di ke Masjid al Aqsa setiap harinya selama bulan suci Ramadan.
Diketahui, Masjid al Aqsa adalah satu dari tiga masjid yang paling disucikan umat Islam di dunia. Masjid al Aqsa juga dianggap sebagai tempat suci oleh umat Yahudi yang merek sebut Temple Mount. Komplek masjid al Aqsa sudah lama menjadi sumber perselisihan, yang salah satunya adalah perang pada 2021 antara Israel dan Hamas.
“Merupakan impian setiap orang Palestina, Muslim, dan Arab untuk salat di Masjid Al-Aqsa” selama Ramadhan, kata Akram al Baghdadi, seorang warga Ramallah yang memiliki keluarga besar yang tersebar di Tepi Barat dan Gaza.
Menurut laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, pada hari Senin, 11 Maret 2024 tercatat setidaknya 31.112 warga Palestina telah tewas sejak perang dimulai, termasuk 67 jenazah yang dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir.
RIZKI DEWI AYU
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini