Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Titis Prawitasari, mengatakan makanan pendamping ASI (MPASI) yang dibuat sendiri oleh orang tua di rumah memiliki kandungan dan takaran yang jauh lebih baik dibanding yang dijual di pinggir jalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini harus dicermati dari konteks mikronutriennya, itu sangat tertinggal. Walaupun labelnya ada ayam-bayam, brokoli-salmon, ini banyak dijumpai di perkampungan tapi yang dimaksud organik itu di pasaran industri atau rumahan?” katanya dalam HUT ke-70 IDAI di Jakarta, Sabtu, 22 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi maraknya MPASI dalam wadah yang dijual di sudut gang Jakarta, Titis menekankan makanan yang dijual tersebut belum bisa dipastikan kebersihannya karena ada kemungkinan makanan tidak melalui proses pembuatan yang tepat. Dikhawatirkan MPASI yang dijual tersebut mengandung bakteri karena dibiarkan di luar ruangan dalam waktu yang lama atau tidak tersertifikasi dan diakui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Kalau organiknya sesuai definisi BPOM baru boleh diklaim sebagai organik. Tapi kalau komersial rumahan itu patut dipertanyakan karena izinnya dari dinas setempat, bukan BPOM, ini harus dievaluasi,” jelas Titis.
Kedepankan asupan gizi
Selain masalah perizinan, hal lain yang patut dicermati adalah kandungan dan takaran nutrisi dari MPASI itu sendiri. Titis mencontohkan terkadang ada MPASI yang dibuat dalam porsi banyak namun gizinya kurang. Karena itu, ia tidak menyarankan orang tua seperti para ibu bekerja untuk membeli MPASI agar asupan gizi anak lebih terjaga, terhindar dari berbagai macam bakteri, dan tidak tergiur dengan harga yang murah saja.
Menurutnya akan lebih baik jika MPASI yang diberikan pada anak dibuat langsung di rumah. Ibu dapat memastikan proses pembuatan terhindar dari berbagai kontaminasi bakteri. Selain itu, baik cita rasa dan takarannya bisa disesuaikan langsung dengan kebutuhan anak. Menu yang dibuat pun dapat lebih bervariatif.
Titis juga mengingatkan orang tua untuk tidak memberikan MPASI sebelum anak menginjak usia enam bulan. Hal tersebut sangat berbahaya karena bisa membuat saluran cerna anak tertutup atau tersumbat akibat ketidakmampuan anak mencerna tekstur makanan yang terlalu kasar di usianya.
"Ini juga bisa jadi jalan transfer infeksi dari ibu ke bayi. Sarannya kalau dia belum siap kita harus kasih makanan yang cair karena dia mampunya baru mengisap dan menelan, belum bisa mengunyah. Mengunyah itu pada awal cuma mengantar makanan dari depan ke belakang, jadi perlunya yang halus," ucap Titis.