Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kafe Uma Oma di Blok M, Jakarta Selatan, menjadi buah bibir karena mempekerjakan orang lansia sebagai pelayan.
Pemberdayaan kelompok lansia merupakan upaya meningkatkan kesehatan para warga senior.
Rutin menjalani aktivitas yang menuntut gerak fisik dan bersosialisasi meningkatkan fungsi organ vital sekaligus mencegah penurunan fungsi otak.
Setiap pagi, Rustinah bangun dengan bersemangat. Perempuan berusia 81 tahun itu mempersiapkan diri untuk bekerja sebagai pramusaji di Kafe Uma Oma di Jalan Melawai, Jakarta Selatan. Tiba di tempat kerja, ia langsung siap dengan celemek hijau toska dan topi abu-abunya. Tepat pukul 10.00, kafe buka dan orang-orang mulai berdatangan. Dengan senyum semringah, Rustinah membukakan pintu untuk menyapa pengunjung satu per satu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di usia senja, warga Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tersebut gembira mendapat pekerjaan sebagai pelayan restoran. Ia mengaku lebih sehat setelah bekerja. "Yang fit bukan hanya badan, tapi juga pikiran," kata Rustinah saat ditemui di Kafe Uma Oma, Ahad, 24 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga sore, Uma Oma terus dipadati pengunjung. Sebagian tamu rela antre di luar untuk menunggu giliran masuk. Meski begitu, tidak tampak kelelahan di wajah Rustinah. Sambil berbincang dengan Tempo, ia sesekali menganggukkan kepala, menyapa para pengunjung yang bergantian masuk dan keluar.
Menjadi pelayan memberikan kesenangan baru bagi Rustinah. Sebelumnya, warga senior yang tinggal bersama anak dan cucunya ini mengaku jenuh terus-terusan di rumah—kegiatannya sebatas memasak, mencuci baju, dan menyetrika. Dengan bekerja di kafe lansia itu, dia tak sekadar aktif bergerak, tapi juga bersosialisasi dengan banyak orang. Dapat upah dari pekerjaan menjadi nilai tambah baginya. "Dulu, waktu muda, kerja untuk anak. Sekarang untuk Oma sendiri," kata nenek dengan tujuh cucu ini sembari terkekeh.
Kafe Uma Oma di Jakarta. Dok. Instagram/umaomacafe
Uma Oma merupakan kafe yang menjual masakan dari berbagai daerah Indonesia. Tawaran datang kepada Rustinah sekitar sebulan yang lalu. Setelah menyanggupi tanggung jawab yang diberikan dalam sesi wawancara, ia kemudian menjalani training selama sepuluh hari. Rustinah tidak sendiri. Ada dua perempuan sepuh lain yang juga bekerja di sana. Mereka bekerja dengan sistem rolling. Kemarin, 24 September 2023, ada Suminem, 74 tahun, yang juga menjadi pramusaji. "Ada juga Oma Warsinah, tapi sedang libur," kata Rustinah.
Mereka juga bekerja bersama beberapa karyawan muda yang bertugas memasak dan menjadi kasir. Berbeda dengan para angkatan muda, ketiga oma itu hanya diminta menyapa tamu dan merapikan meja. "Mereka kami batasi hanya bekerja tujuh jam. Porsi kerjanya juga tidak banyak," ujar Fazri Jibran, Manajer Operasional Uma Oma Cafe.
Sistem kerja lintas generasi menjadi alasan pengelola memberdayakan para manula. "Kami ingin menunjukkan bahwa kombinasi mempekerjakan warga lansia dengan angkatan muda dapat diwujudkan," kata Fazri.
Konsep restoran tersebut, menurut dia, memang dibuat dengan mengedepankan unsur kekeluargaan dan keramahan ala rumah nenek. Meski karyawan lansia dibebankan kerja, pengelola mengaku terus meninjau kesehatan mereka. Apalagi kafe lansia yang baru buka dua pekan itu hampir selalu dipenuhi pengunjung.
Suasana pengunjung di Kafe Uma Oma di Jakarta. Dok. Instagram/umaomacafe
Uma Oma bukan satu-satunya kafe yang mempekerjakan kelompok lansia. Di Bandar Lampung, misalnya, ada Kafe Teras Senja. Penganan di kafe ini juga dibuat para mbah. Restoran ini mengusung konsep dari lansia untuk lansia. Selain bekerja di kafe, mereka aktif membuat kerajinan.
Dengan rutinitas kerja semacam itu, para warga lansia diyakini bisa lebih sehat. Menurut Kuntjoro Harimurti, pakar geriatri—ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada kelompok lansia—kegiatan yang menuntut gerak fisik berdampak baik bagi para warga senior. Sebab, seiring dengan peningkatan usia, terjadi penurunan fungsi dalam tubuh. "Dengan bergerak aktif, fungsi tubuh menjadi lebih maksimal. Jantung dan paru-paru juga bekerja dengan semestinya," kata dia kepada Tempo.
Warga lansia rentan pula mengalami sarkopenia, yakni penurunan massa dan fungsi otot. "Mereka jadi mudah jatuh," ujar Kuntjoro. Karena itu, tubuh perlu dilatih untuk rutin bergerak, dengan catatan porsinya tidak terlalu berat, terutama bagi yang memiliki penyakit.
Gerak fisik juga dapat menambah nafsu makan. Sebab, aktivitas mengeluarkan energi. Ketika energi digunakan, tubuh butuh penggantinya. Olahraga juga membuat orang lansia tidur lebih nyenyak. "Orang dengan aktivitas fisik teratur, kualitas tidurnya juga baik," kata dokter spesialis penyakit dalam ini.
Baca: Mengisi Hari dengan Hobi
Perbaikan kondisi seperti yang disampaikan Kuntjoro itu dirasakan Rustinah. Dua pekan ini, dia tidur lebih nyenyak dan bangun lebih bugar. Dulu, dia sulit tidur malam. "Sekarang pulang kerja, cuci muka, salat, langsung pules," kata dia.
Rustinah, 81 tahun (kanan), dan Suminem, 74 tahun, pekerja di Kafe Uma Oma, Melawai, Jakarta, 24 Spetember 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Selain dari aspek fisik, orang lanjut usia rentan mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecerdasan kognitif. Karena itu, Kuntjoro melanjutkan, menjadi pekerja upahan seperti Rustinah berdampak positif karena menuntut aktivitas fisik sekaligus memungkinkan mereka bersosialisasi. "Jadi juga aktif secara mental sosial," kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Aktif secara sosial dapat membantu mengurangi beberapa penyakit yang berhubungan dengan penurunan fungsi otak. "Orang yang cenderung aktif bekerja, bersosialisasi, dan berkomunikasi, berarti ia dalam upaya mencegah demensia," ujar Kuntjoro. Pilihan kegiatan lain untuk mencegah penyakit tersebut adalah mengisi teka-teki silang dan bermain video game.
Pakar ilmu geriatri itu mendukung pemberdayaan manula seperti yang dilakukan di kafe lansia. Kuntjoro mengatakan praktik tersebut telah berjalan di sejumlah negara, seperti Jepang dan Singapura. "Ini membuat warga lansia di sana lebih sehat," kata dia.
Di Indonesia, Kuntjoro melanjutkan, seseorang yang semakin tua diasosiasikan dengan semakin miskin. Kesempatan bekerja memberikan banyak manfaat, seperti penghargaan diri, hubungan sosial, dan, tentunya, pendapatan.
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo