Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Pentingnya Tes Kesehatan sebelum Lomba Lari Marathon, Simak Ahli

Lomba lari marathon semakin banyak. Selain berlatih lari, Anda juga perlu melakukan tes kesehatan. Simak kata dokter ahli.

21 Januari 2018 | 07.15 WIB

Ilustrasi pria berolahraga atau berlari. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi pria berolahraga atau berlari. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bila menelusuri google, dengan kata kunci "Korban meninggal lari marathon" pasti Anda akan menemukan banyak nama dan kasusnya baik dalam dan luar negeri. Salah satu korban lomba lari marathon yang terjadi pada awal Januari ini adalah Bharat Samani, 62 tahun. Ia meninggal di tengah Vadodara International Marathon. Diduga, peserta nomor half marathon ini terkena serangan jantung. Bharat bukan pemula dalam kompetisi lari jarak jauh. Menurut penyelenggara, dia pernah mengikuti kompetisi serupa di Ahmedabad dan Rajkot, India. Baca: Advent Bangun Gagal Ginjal, Simak Gejala dan Penyebabnya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto, pemeriksaan kesehatan dan kebugaran mesti dijalani pelari jarak jauh sebelum mengikuti kompetisi. "Pemeriksaan yang benar dapat mendeteksi dan meminimalkan risiko cedera, sekaligus menjadi alarm dini," kata dia awal Januari 2018. Sayangnya, tak semua pelari jarak jauh dan penyelenggara kompetisi berdisiplin menjalankan pemeriksaan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemeriksaan kesehatan untuk pelari, kata Triangto, dimulai dari pemeriksaan jantung. Triangto mengatakan pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui apakah jantung bugar atau tidak. "Ada dua jenis tes elektrokardiogram (EKG) yang dilakukan, yaitu ketika dalam kondisi istirahat dan ketika diberi stimulasi," tuturnya.

Ilustrasi laki-laki dan wanita berlari bersama. shutterstock.com

Dokter spesialis kedokteran olahraga dari Klinik Medifit, Sophia Benedicta Hage, mengimbuhkan bahwa pemeriksaan EKG stressed test atau EKG dengan stimulasi dilakukan dengan cara pasien berlari di atas treadmill dengan elektroda di dadanya. "Kalau gangguannya ringan, biasanya tidak terdeteksi saat EKG biasa, dan akan terdeteksi ketika diberi stimulasi gerak," kata dia.

Masih dalam kategori pemeriksaan jantung, ada tes volume oksigen maximum (VO2max). Tes ini bertujuan mengetahui ketahanan jantung dan paru-paru. "Karena ini untuk lari, maka tesnya adalah tes lari." Ada dua jenis tes, yaitu sub-maximum yang dilakukan sebelum menyentuh titik lelah dan maksimum yang dilakukan dengan memaksa pasien berlari hingga betul-betul tidak sanggup lagi. Baca: Tips Pilih Buku untuk Stimulasi Otak Bayi, ini Kata Ahli

Triangto menjelaskan, tingkat kebugaran pelari dapat diukur dari volume konsumsi oksigen saat latihan. Cepat atau lambatnya kelelahan seseorang bisa diperkirakan dari kapasitas aerobiknya. Sedangkan kapasitas aerobik merujuk pada kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh tubuh atau VO2max.

Ilustrasi lari ultra marathon. Shutterstock

Pemeriksaan jantung lainnya, kata Sophia, dilakukan dengan tes darah. "Biasanya dilihat ada tidak peningkatan CPK (creatine phosphokinase). Jika ditemukan peningkatan, ada indikasi kerusakan otot jantung," kata dia. CPK adalah enzim yang terdapat dalam otot jantung, otak, dan usus. Jika ada kerusakan pada jantung, enzim CPK akan bocor dan terdeteksi dalam darah.

Beralih ke paru-paru, kata dia, ada pemeriksaan spirometri untuk mengetahui kapasitas paru-paru. "Dalam satu kali napas, berapa volume udara masuk dan keluar paru-paru," kata dia. Menurut Triangto, pemeriksaan ini penting untuk melihat ada-tidaknya penyumbatan saluran pernapasan. Baca: Suka Ikut Lomba Lari? Ikuti Rangkaian Tes Kesehatan ini

Selain jantung dan paru-paru, ada pemeriksaan ginjal. Sebab, ginjal yang kurang baik--misalnya mengandung kadar kalium tinggi atau batu di kantong kencing--akan terluka ketika dibawa berlari. Selain itu, ginjal berperan penting dalam membuang residu atau racun dari dalam tubuh. "Harus dipastikan ginjal siap dan sehat untuk menerima beban kerja yang lebih berat dari biasanya," kata dia.

Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan hati. Menurut Sophia, yang diperiksa bukan hanya fungsi hati, tapi juga pankreas. "Kita perlu mengetahui respons tubuh terhadap gula darah, juga apakah ada potensi kerusakan hati," kata dia. Sophia mengungkapkan, pemeriksaan ini sangat penting karena hati merupakan pusat metabolisme.

Ilustrasi olah raga lari. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Tes lainnya adalah tes tingkat kebugaran. Tes ini mencakup pengukuran indeks massa tubuh untuk menghitung persentase lemak tubuh, tes fleksibilitas tubuh, serta tes kekuatan dan ketahanan otot. Di sini, tubuh diuji dengan dinamometer untuk mengukur kekuatan tangan, otot kaki, dan batang tubuh. "Kalau mau lomba lari sprint, ada tes tambahan seperti tes kelenturan dan kekuatan," ucapnya.

Triangto menyebutkan, tes kekuatan otot dan tulang juga dapat melihat potensi cedera sekaligus mencegah risikonya. "Misalnya dia ada cedera lama yang belum sembuh, maka diperlukan alat bantu untuk mencegah risiko cedera yang lebih parah, sekaligus sebagai alarm dini untuk membatasi diri," kata dia. Tes lainnya ialah tes benturan pada kaki dan pemindaian kaki. Melalui tes ini dapat diketahui kelainan bentuk kaki, sehingga bisa dibuatkan alat bantu untuk mencegah cedera. Baca: Diet Vegan ala Sophia Latjuba akan Semakin Populer?

Triangto menjelaskan, rangkaian tes ini tidak sesederhana seperti memeriksa tekanan darah atau pemeriksaan fisik secara umum. Untuk melakukannya diperlukan waktu berhari-hari. Seorang pelari jarak jauh, menurut dia, mesti rutin memeriksakan kesehatan seperti ini minimal dua kali setahun. Sedangkan Sophia berpendapat, idealnya tes ini dilakukan sebelum dan sesudah mengikuti kompetisi.

"Kalau dalam setahun ikut dua kali kompetisi lari, seharusnya menjalani rangkaian tes ini empat kali," kata dia. Rata-rata biaya yang mesti dikeluarkan untuk satu kali mengikuti rangkaian tes tersebut sekitar Rp 3-5 juta. 

KORAN TEMPO

Dini Pramita

Dini Pramita saat ini adalah reporter investigasi. Fokus pada isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus