Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) adalah penyakit virus yang sangat menular pada babi domestik dan babi liar dengan tingkat kematian yang bisa mencapai 100 persen. Penyakit ini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, tetapi memiliki dampak yang menghancurkan pada populasi babi dan perekonomian peternakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Woah, virus ini sangat tahan di lingkungan, yang berarti dapat bertahan pada pakaian, sepatu, roda kendaraan, dan berbagai material lainnya. Virus ini juga dapat bertahan dalam berbagai produk daging babi, seperti ham, sosis, atau bacon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, perilaku manusia dapat berperan penting dalam menyebarkan penyakit babi ini melintasi perbatasan jika langkah-langkah pencegahan yang memadai tidak diambil.
Perbedaan dengan demam babi biasa/klasik
Dikutip dari Paper AP, demam babi klasik (Classical Swine Fever/CSF) atau sering disebut sebagai hog cholera sangat mirip dengan demam babi Afrika (ASF) karena hanya menyerang babi, umumnya memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi, menunjukkan gejala yang serupa, dan ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Namun terdapat beberapa perbedaan utama. Virus penyebab hog cholera, yang memiliki masa inkubasi 2-15 hari, berasal dari genus Pestivirus dalam keluarga Flaviviridae dan memiliki RNA untai tunggal, berbeda dengan DNA untai ganda pada ASF.
Hog cholera juga dapat dikategorikan ke dalam empat tingkat keparahan:
1. Akut (kematian terjadi dalam 5-25 hari),
2. Kronis (kematian terjadi setelah pemulihan sementara),
3. Kongenital (bisa mati atau tidak, tergantung pada jenis strain),
4. Ringan (juga tergantung pada strain).
Masing-masing kategori ini disertai gejala berbeda, termasuk demam, pendarahan, pembengkakan kelenjar getah bening, muntah, sembelit diikuti diare, kematian janin atau keguguran, kelemahan, dan pertumbuhan yang buruk.
Penularan demam babi klasik terutama terjadi melalui jalur oral atau oronasalis dengan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, atau melalui kontak tidak langsung dengan benda seperti kendaraan, manusia, pakaian, peralatan, dan jarum suntik.
Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebar melalui inhalasi udara yang terkontaminasi, terutama di peternakan babi dengan kepadatan tinggi. Mirip dengan ASF, populasi babi liar sering terinfeksi melalui konsumsi bangkai babi terinfeksi yang ditinggalkan manusia, yang juga meningkatkan risiko bagi babi domestik di sekitarnya.
Tidak seperti ASF, kutu atau serangga lain bukanlah salah satu penyebab penularan penyakit ini. Masalah utama dari CSF adalah infeksi pada janin dalam kandungan, yang dapat menyebabkan infeksi persisten, keguguran, dan kelahiran mati.
Pilihan Editor: Gejala, Penyebab, dan Penularan Demam Babi Afrika