Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Meja makan adalah panggung untuk mempresentasikan hasil eksperimen di dapur. Ada kemungkinan gagal atau sukses menyajikan makanan yang lezat. Bila gagal, semoga anggota keluarga tidak mencela tapi memberi masukan dengan bahasa yang menyenangkan untuk perbaikan acara masak berikutnya. Bagi orang beraliran optimistik, gagal malah akan membuatnya penasaran untuk mengulang dan mencobanya lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian dari Health Education & Behavior mengungkapkan memasak menghasilkan pengaruh positif pada sosialisasi, harga diri, kualitas hidup, dan pengaruh untuk orang lain. Ketika memasak dan menghasilkan makanan yang lezat, maka itu sebagai suatu hasil yang didambakan dan membentuk perasaan lebih positif seperti layaknya menerima hadiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini kemudian yang mampu menurunkan tingkat stres yang sedang dialami. Sebuah klinik kesehatan mental di Amerika Serikat menggunakan kegiatan memasak sebagai terapi mental. Terapi dengan memasak disebut dengan therapeutik cooking. Hasil terapi tersebut membuktikan memasak dapat membantu pengobatan skizofrenia, depresi, gangguan suasana hati, dan masalah kesehatan mental lain.
Cinta dan kepedulian
Adalah semangat yang menggerakkan orang mau memasak, yang merupakan pekerjaan rumit, seperti diakui koki ikonik Prancis, Pierre Gagnaire. “Memasak melibatkan banyak indera. Ia dibuat untuk mata, mulut, hidung, telinga, dan jiwa. Tidak ada seni lain yang serumit ini,” jelasnya.
Cinta kepada pasangan, anak, dan anggota keluarga lain atau siapa pun membuat orang rela bersusah payah berjibaku di dapur untuk mengolah makanan demi menjamu mereka dengan menu yang istimewa.
“Memasak tidak akan pernah baik jika tidak terbuat dari cinta untuk orang yang dibuatkan masakan tersebut,” kata Paul Bocuse, koki Prancis yang berbasis di Lyon.
Begitupun kepedulian terhadap badan dan kesehatan diri akan mendorong orang untuk memilih menu dan bahan makanan terbaik, kemudian memasaknya sendiri untuk memastikan proses yang benar dan higienitas makanan. Memasak bisa menjadi bentuk perawatan diri yang paling mendasar sekaligus manifestasi rasa terima kasih kepada yang menciptakan diri kita berikut rezeki yang menyertainya.