Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga puluhan orang berkumpul di kolong jembatan layang Cove at Batavia, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, pada Sabtu, 17 Desember lalu. Sebagian dari mereka adalah anak-anak yang datang didampingi orang tuanya. Panas terik matahari di pulau reklamasi pada siang itu tak menyurutkan keceriaan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Misi mereka sama: mencari Pokemon. Mereka terlarut dalam Pokemon GO di ponsel masing-masing. Game mobile yang dirilis Niantic pada 2016 ini pernah menjadi sensasi global dengan rekor dimainkan semiliar orang pada Februari 2019. Hanya Subway Surfers dan PUBG Mobile yang pernah tercatat memiliki pengguna aktif lebih banyak, yaitu masing-masing 3 miliar dan 1,2 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pokemon GO memang unik. Game ini menuntut pemainnya keluar rumah untuk "berburu" Pokemon. Monster-monster imut tersebut tersebar di berbagai lokasi menggunakan teknologi augmented reality—memproyeksikan obyek maya ke benda nyata secara real time.
Pokemon GO Community Day di PIK, Jakarta, 17 Desember 2022. TEMPO/Magang/Muhammad Ilham Balindra
Pemain tak hanya menangkapi Pokemon, tapi juga mengadu ketangkasannya di gimnasium. Gym biasanya berupa tempat publik, seperti taman dan masjid. Ada juga Pokemon superkuat yang hanya bisa dikalahkan dengan menyerang bersama pemain lain. Istilahnya, raid. Tuntutan-tuntutan itu mendorong para penggemar Pokemon GO bermain bersama.
Maresa Sumardi, pegawai swasta, awalnya hanya asik bermain sendirian. Dia baru merasa butuh teman setelah selalu keok saat raid. "Kita enggak bisa sendirian, enggak akan menang," ujarnya kepada Tempo di lokasi.
Lewat komunikasi di grup di Facebook, dia mendapati Komunitas Pokemon GO Indonesia. Maresa langsung menyanggupi ajakan teman-teman barunya itu, sesama Pokemon trainer, untuk berkumpul di Monas.
Enam tahun berlalu. Pokemon GO memang tak lagi sepopuler periode 2016-2019. Namun permainan ini tetap ada di tangga atas daftar game mobile terpopuler—urutan ke-5 di Android dan ke-6 di iOS—dengan peringkat ke-1 dan 2 adalah Roblox dan Candy Crush Saga. Mengutip situs web Screen Rant, jumlah pemain aktif Pokemon GO per pertengahan tahun ini sebanyak 80 juta orang.
Di antara mereka adalah Komunitas Pokemon GO Indonesia. Para pengurus menaksir jumlah anggota mereka sekitar 40 ribu. Selain di Jakarta, sebagai wilayah dengan pemain terbanyak, yakni 15 ribuan, mereka tersebar di kota lain, seperti Bandung, Denpasar, dan Makassar.
Di Jakarta, Komunitas Pokemon GO rutin berkumpul sebulan sekali. Agendanya, apa lagi kalau bukan berburu dan menyerang bersama. Mereka memilih taman sebagai titik kumpul, seperti Taman Suropati di Jakarta Pusat dan Taman Cattleya di Jakarta Barat. "Tapi, selama musim hujan seperti sekarang, kami bergeser ke mal," kata Mohamad Khaerul Fahmi, satu dari tiga pendiri komunitas itu.
Pengurus Pokemon GO Indonesia, Maresa Sumardi, memainkan game Pokemon GO dalam Pokemon Festival Jakarta di Pantai Indah Kapuk, 17 Desember 2022. TEMPO/Magang/Muhammad Ilham Balindra
Komunitas ini terbuka bagi siapa pun yang ingin bermain bersama. Syaratnya cuma memiliki aplikasi Pokemon GO di ponsel. Kabar baiknya, mulai akhir bulan lalu, game ini dilengkapi fitur bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi pilihan bahasa ke-11, setelah, antara lain, Spanyol, Jepang, dan Rusia. Pemain juga berkesempatan mendapat Pokemon langka di berbagai lokasi di PIK, tuan rumah Festival Pokemon Indonesia, yang berlangsung hingga Ahad, 8 Januari 2023.
Maresa, pengurus Komunitas Pokemon GO Indonesia, menyarankan pemain mengisi penuh daya baterai ponsel sebelum tiba di lokasi gathering. Bukan apa-apa, game ini boros tenaga, bisa menghabiskan 15 persen daya dalam 30 menit bermain—bandingkan dengan Facebook yang cuma mengurangi 5 persen untuk waktu yang sama. "Bawa power bank lebih bagus," ujar Maresa.
Maresa, juga teman-temannya, mengatakan tidak bisa lepas dari Pokemon GO meski banyak game mobile populer datang dan pergi. Dia, misalnya, juga rajin main game pertarungan Fantasy Strike di ponselnya. Namun tak ada permainan yang bisa bertahan selama enam tahun seperti Pokemon GO. Sebab, ia melanjutkan, game ini unik. "Tidak ada game yang memaksa kita ke luar, berjalan kaki, dan bertemu orang selain Pokemon GO."
FEBBYENTI SUCI (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo