Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit jantung yang paling populer adalah sakit jantung koroner. Penyakit ini terjadi karena penyempitan yang disebabkan plak aterosklerosis sehingga keadaan pembuluh darah koroner mengalami penyempitan yang mempengaruhi terhambatnya aliran oksigen dan nutrisi bagi sel-sel otot jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faktor genetik, sering dikaitkan dengan risiko terkenanya sakit jantung koroner. Hal ini dapat dikontrol jika dilakukan penanganan yang tepat seperti melakukan pola hidup sehat pemeriksaan rutin seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dalam darah yang tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gejalanya pun dapat diketahui sehingga pencegahan risiko dapat diminimalisir. Ada pun gejala penyakit jantung yang muncul seperti berdebar pada jantung, dada penderita seperti merasa tertekan sesuatu. Pada pernapasan timbul sesak napas, disertai kebas tubuh di punggung, lengan, dan bagian yang lainnya, serta keluarnya keringat dingin. Gejala ini akan membuat penderita merasakan nyeri pada bagian dada seolah tertusuk.
Selain melakukan pengecekan kesehatan tubuh dengan rutin, individu bisa mengurangi risiko terkena sakit jantung dengan melakukan aktivitas fisik. Merujuk American Heart Association, aktivitas fisik diartikan sebagai aktivitas yang memacu kegiatan fisik seseorang secara keseluruhan.
Dianjurkan setiap orang melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu, mengutip dari laman Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2ptm), aktivitas fisik atau olahraga ini dilakukan minimal 30 menit per harinya selama 5 kali dalam seminggu, boleh dilakukan sebanyak tiga kali dalam 10 menit atau dalam 15 menit dilakukan 2 kali sehari. Bagi individu yang memilki riwayat kolesterol dan darah tinggi, dianjurkan untuk melakukan 40 menit latihan dengan intensitas sedang sebanyak 3 atau 4 kali dalam seminggu.
Baca: Peneliti Sebut Kaitan Kesehatan Mental dengan Penyakit Jantung
Setelah melakukan rutinas fisik dengan baik, lanjutkan dengan lakukan pemeriksaan ke dokter dapat dilakukan setiap setahun sekali, jika hasil pemeriksaan jantung baik. Namun jika hasil pemeriksaan menunjukkan kelainan, maka pemeriksaan jantung harus dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lainnya melalui inspeksi (melihat kelainan pada area dada), ada palpasi yakni perabaan detak jantung atau kelainan di area dada, ada juga perkusi gunanya untuk mengetahui letak jantung dengan mengetuk dinding dada, dan auskultasi yaitu mendengar denyut jantung dan suara napas.
Selanjutnya, untuk pemeiksaan penyakit jantung ini, ada pemeriksaan pendukung lainnya yaitu pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), USG jantung atau disebut juga ekokardiogram, rontgen dada, MRI atau CT scan, tes darah, hingga angiografi. Pemeriksaan ini tidak dilakukan semuanya, pemeriksaan dilakukan sesuai dengan kondisi individu.
TIKA AYU