Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pernikahan kerajaan atau royal wedding ala Indonesia akan dilaksanakan di Yogyakarta. Raja Keraton Pura Pakualam Yogya, atau Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Paku Alam X segera menikahkan putra sulungnya Bendara Pangeran Hario (BPH) Kusumo Bimantoro dengan Maya Lakshita Noorya bertajuk Dhaup Ageng pada 5-6 Januari 2019.
Baca: Royal Wedding Indonesia: Pernikahan Putra Mahkota Paku Alam Yogya
Calon mempelai perempuan, Maya, merupakan adik kelas semasa SMA Bimantoro. Ketika keduanya sama-sama bersekolah di dua sekolah yang sama yakni saat di SMP Negeri 5 dan lanjut ke SMA Negeri 5 Kota Yogyakarta.
Bimantoro lahir di Yogyakarta pada 10 April 1992. Jenjang pendidikan yang ditempuhnya di TK Pertiwi Pura Pakualaman, SD N Pura Pakualaman I Yogyakarta, SMP N 5 Yogyakarta, dan SMA N 5 Yogyakarta. Pendidikan tinggi ditempuhnya di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. "BPH Bimantoro memiliki hobi menggambar dan memecahkan ilmu Fisika," kata Tirtonegoro, panitia upacara pernikahan.
Bimantoro sendiri memiliki visi dalam pembangunan kebudayaan Yogya dapat mengembalikan marwah kota Yogyakarta sebagai kota budaya terutama dari segi arsitekturialnya. Sedangkan calon mempelai wanita Maya Lakhsita Noorya, merupakan perempuan yang lahir di Kabupaten Sleman pada 27 April 1991 silam. la merupakan putri dari pasangan H. Mandiyo Priyo dan Rini Wijayanti.Putra Sulung Paku Alam X, Bendara Pangeran Hario (BPH) Kusumo Bimantoro dan Maya Lakshita Noorya/Dok. Pura Pakualaman
Jenjang pendidikan Maya dimulai dari TK Masjid Syuhada Yogyakarta, SD Muhammadiyah Sukonandi Yogyakarta, SMP N 5 Yogyakarta, dan SMA N 5 Yogyakarta. Maya lantas menempuh pendidikan tinggi di Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Maya memiliki visi dalam bidang kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengedepankan nilai-nilai kultural. Dalam arti dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak hanya didasarkan pada pendidikan kesehatan tetapi juga nilai-nilai kebudayaan yang diterapkan secara terus-menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan hidup sehat.
Tirtonegoro menyebutkan pernikahan Dhaup Ageng ini juga memiliki misi mengembalikan ruh asli budaya mantu di Yogyakarta.
Baca: Wagub Yogyakarta Paku Alam X Dikabarkan Kecelakaan Sepeda Motor
Misalnya dalam acara ijab kabul nanti, Temanten Kakung atau calon mempelai laki-laki akan keluar dari Pura Pakualaman dengan berjalan kaki diiringi oleh prajurit bergada menuju masjid Pakualaman. Namun dalam proses itu, pengantin puteri tidak akan dihadirkan di meja akad nikah. Melainkan ditempatkan di lokasi khusus sebelum masuk prosesi panggih atau pertemuan. "Yang berbeda kali ini saat prosesi panggih karena dilaksanakan di Sewoko Projo yaitu tempat jumenengan (bertahta) Raja Pakualam X," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini