Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Saran Pakar Terkait KLB Hepatitis Akut Misterius

Pakara mengatakan kasus kematian tiga pasien di Jakarta diduga akibat hepatitis akut misterius perlu pembuktian laboratorium.

3 Mei 2022 | 19.15 WIB

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi hepatitis. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan atas munculnya kasus hepatitis akut di Jakarta dan sejumlah negara sebab Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan penyakit misterius itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, mengatakan kasus kematian tiga pasien di Jakarta diduga akibat hepatitis akut misterius perlu pembuktian laboratorium.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Akan baik kalau ada penjelasan lebih rinci tentang perbedaan fatalitas atas laporan satu meninggal dari 170 kasus di dunia dan tiga yang meninggal di Indonesia," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam laporan resmi Kementerian Kesehatan RI disebutkan tiga pasien yang ditemukan di Jakarta dialami kelompok usia anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Pasien diduga mengalami hepatitis akut hingga meninggal dunia dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022. Menurut Tjandra, laporan itu belum menyertakan keterangan hasil laboratorium hepatitis A, B, C, dan E pada ketiga kasus yang ditemukan.

"Data dunia menyebutkan kejadian hepatitis yang banyak dibahas ini maka hasil laboratorium hepatitis A-E negatif. Selain itu, bagaimana hasil ada tidaknya adenovirus 41 yang kini banyak diduga sebagai penyebab hepatitis di lintas benua ini," ujarnya.

Ia menegaskan perlu ada penjelasan tentang hasil laboratorium hepatitis A-E dan juga adenovirus pada kasus di Indonesia untuk disampaikan ke publik.

"WHO merekomendasikan pemeriksaan darah, serum, urine, feses, sampel saluran napas, dan bila mungkin biopsi hati. Semuanya untuk pemeriksaan karakteristik virus secara mendalam, termasuk sekuensing," katanya.

Mantan direktur WHO Asia Tenggara itu mengatakan kasus tersebut sudah menjadi perhatian WHO dan badan dunia lain karena penyakit misterius itu sudah merambah sampai Singapura. Ia mengatakan penyakit itu diderita seorang pasien di Singapura berumur 10 bulan dengan hasil pemeriksaan yang menyatakan negatif hepatitis tipe A, B, C dan E.

"Pasien ini pernah mengalami COVID-19 pada Desember yang lalu walaupun sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang jelas antara hepatitis akut dengan infeksi virus Corona," katanya.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat juga pernah melaporkan dari sembilan kasus serupa di Alabama, dua pasien anak di antaranya harus transplantasi hati. Semuanya positif adenovirus.

"Gejalanya antara lain muntah, diare, dan juga ada yang infeksi saluran napas atas," katanya.

Di sisi lain, muncul hipotesis berjudul "Vaksinasi SARS-CoV-2 Dapat Menimbulkan Hepatitis Dominan Sel T CD8" pada Journal Hepatology yang dirilis 21 April 2022. Menyikapi situasi itu, ia mendorong kewaspadaan Indonesia dengan cara melakukan deteksi dini kalau ada kasus yang dicurigai, termasuk akses dan ketersediaan pemeriksaan adenovirus dan berbagai jenis virus lain.

Selain itu, perlu dimulai kesiagaan awal pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit, setidaknya penjelasan pada tenaga kesehatan dan berbagai terapi dasar.

"Termasuk penyuluhan kesehatan pada masyarakat luas," tutur Tjandra.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus