Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak dulu pepaya sudah dikenal dengan manfaat sehatnya. Sampai sekarang, buah dan daun pepaya masih digunakan sebagai pengobatan tradisional di berbagai belahan dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk membuktikan khasiat daun pepaya, ilmu pengetahuan modern mendukung kandungan antikarsinogenik dan antidiabetes pada buah tropis ini. Buahnya kaya vitamin dan mineral dan ada bukti klinis manfaat pepaya dalam meningkatkan sistem imun. Dua pakar diet pun membeberkan segala yang perlu diketahui soal buah sehat kaya nutrisi ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antioksidan pada pepaya -- termasuk vitamin C dan E, betakaroten, serta likopen -- bisa membantu mengurangi kerusakan sel, kata Maya Feller kepada USA Today. Penelitian menyebut makan pepaya mengurangi stres oksidatif sehingga memperbaiki fungsi imun.
"Pepaya mengandung papain, enzim yang mendukung kesehatan pencernaan," ujarnya.
Serat prebiotik pada kulit dan biji pepaya bisa menjadi makanan bakteri baik dalam usus. Serat ini juga meningkatkan produksi rantai pendek asam lemak yang tak hanya baik buat pencernaan tapi juga kesehatan seluruh tubuh.
Pepaya juga sumber potasium yang baik, kata Feller. Penelitian menyebut kandungan ini baik untuk penderita hipertensi karena memiliki efek menurunkan tekanan darah.
Seberapa sering boleh makan pepaya?
Seperti juga delima, jeruk bali, dan kantalup, pepaya kaya antioksidan vitamin C dan A serta serat. "Makan buah dianjurkan sebagai pola makan sehat dan pepaya salah satunya," ujar pakar diet Jenna Werner.
"Seperti kebanyakan anjuran asupan nutrisi, seberapa banyak pepaya yang sehat dan aman untuk dikonsumsi tergantung rekomendasi pada masing-masing orang," tambahnya.
Secara umum, jika tak ada alergi dan suka makan pepaya, memasukkannya dalam pola makan seimbang sangat dianjurkan untuk mendapatkan nutrisinya, saran Jenner.
Pilihan Editor: Kemenkes Ungkap Perilaku Masyarakat Tingkatkan Risiko Hipertensi