Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.

4 Juli 2023 | 11.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Adu domba Garut merupakan salah satu tradisi yang populer di daerah Garut, Jawa Barat. Tradisi ini adalah ajang adu kekuatan dan keberanian domba melalui sebuah pertarungan. Dalam pertarungan dua hewan itu, diiringi juga oleh musik dan komentator.  

Seni adu domba Garut merupakan atraksi wisata yang digelar dalam acara-acara tertentu, terutama pada bulan Juni, Agustus, dan Desember di Desa Ngamplang, Cangkuang, dan Ranca Bango, Kabupaten Garut.

Dikutip dari situs Visit Garut, pertarungan domba Garut dan berbagai atraksi musik dan kesenian tradisional lainnya kerap menggunakan pengeras suara besar. Acara ini dihadiri oleh masyarakat pecinta adu domba Garut dari berbagai lapisan masyarakat dan daerah di luar Garut.

Asal usul domba Garut 

Menurut legenda, sejarah domba Garut dimulai pada masa pemerintahan Bupati Suryakanta Legawa sekitar tahun 1815-1829. Ia sering mengunjungi temannya di perguruan yang bernama Haji Saleh, yang memiliki banyak domba.

Salah satu domba milik Haji Saleh, yang dikenal sebagai si Lenjang, diminta oleh bupati untuk dikawinkan dengan domba yang ada di pendopo kabupaten yang bernama si Dewa. Anak dari si Dewa dan si Lenjang, yang bernama si Toblo, kemudian berkembang biak dan menghasilkan keturunan domba Garut hingga saat ini.

Dalam sejarahnya, domba sebagai hewan ternak di kalangan masyarakat agraris telah berkembang menjadi tradisi seni adu ketangkasan. Sebab domba Garut ini memiliki peruntukannya khusus sebagai bagian dari seni adu ketangkasan, berbeda dengan domba biasa yang dipelihara oleh masyarakat.

Domba-domba yang digunakan dalam adu ketangkasan ini memiliki perawatan yang teratur dan terjaga. Makanan, minuman, dan kesehatannya diperhatikan dengan baik.

Sejarah adu domba

Seni adu Domba Garut melahirkan berbagai varian. Selain pertarungan dua domba jantan, ada juga kontes fisik domba. Postur dan bentuk tubuh domba diinilai sedemikian rupa. Termasuk bentuk dan ukuran tanduk mereka.  

Hal ini menghasilkan motto yang terkenal tentang domba Garut, yaitu "Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang". Seni ini melibatkan kontes dalam memilih bibit domba Garut terbaik sebagai raja dan ratu bibit.

Setiap ajang pertandingan ternak domba yang baik selalu menarik perhatian peternak dan penggemar, Bagi para domba juara, harganya menjadi tinggi seiring prestasi mereka. Kontes ternak ini menjadi tempat berkumpulnya peternak, pemilik, penggemar, dan tokoh terkait dengan domba Garut, serta organisasi profesi yang tergabung dalam Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI). 

Pemeliharaan domba Garut sebagai domba tangkas atau laga telah dilakukan sejak lama oleh peternak dan penggemar domba dengan perlakuan yang istimewa. Pemilik domba dahulu sering disebut "juragan".

Peternak harus memiliki jiwa seni khusus dan memiliki kedekatan dengan domba dalam pemeliharaannya. Para peternak domba Garut melakukan berbagai upaya dan pengorbanan untuk menciptakan keunggulan domba pejantan dalam arena adu ketangkasan. Domba laga yang unggul akan memperoleh gelar juara dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Karena domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, setelah domba Garut bertanding di lapangan, salah satu kegembiraan yang dirasakan oleh pemilik atau pelatihnya adalah ketika domba tersebut menunjukkan seni sesuai irama ketukan kendang.

Keunikan domba garut

Domba Garut memiliki ciri khas yang berbeda dari domba-domba di daerah lain. Mereka memiliki tubuh yang kuat dengan berat sekitar 60-80 kg, tanduk yang besar, bulu kebanyakan berwarna putih, dan telinga yang menggantung. Ini menjadi salah satu ciri dominan dari domba Garut.

Domba di Garut juga terkenal karena sifat-sifatnya yang kuat, tangguh, dan memiliki insting bertarung yang tinggi.

Perkembangan pemeliharaan domba Garut selanjutnya memiliki dua tujuan utama, yaitu sebagai sumber daging dan sebagai kesenangan atau hobi. Masyarakat terus mengembangkan dan merawat domba Garut dengan baik untuk memenuhi kebutuhan daging serta sebagai bagian dari tradisi dan kebudayaan Garut yang kaya.

Pilihan Editor: Viral Domba Seharga Rp 400 Juta, Dosen Peternakan Unpad: Domba Garut Sumber Genetik Terbaik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus