Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Black Friday merupakan hari perayaan yang dirayakan pada hari Jumat pada minggu ke-4 November. Pada tahun ini, Black Friday dirayakan pada 25 November, sehari setelah Thanksgiving di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, hari ini diasosiasikan dengan belanja karena banyak diskon dan penawaran hebat. Black Friday tidak dirayakan di semua negara di dunia. namun idenya diadaptasi oleh banyak negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, toko-toko penuh dengan kesibukan online dan offline untuk belanja Natal dengan harapan mendapatkan penawaran dan diskon terbaik. Toko biasanya buka sangat awal pada Black Friday, terkadang tengah malam atau Hari Thanksgiving. Tapi mengapa hari ini disebut Black Friday?
Sejarah Black Fiday
Ada banyak mitos seputar asal-usul Black Friday. Banyak yang percaya Black Friday mendapatkan namanya karena pembeli eceran mendapat diskon besar dan berhenti merugi. Kerugian tercantum dalam warna merah dan menang dalam warna hitam, orang percaya bahwa kontrak besar akan menghasilkan keuntungan besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, menurut Britannia, versi yang lebih akurat berasal dari awal 1960-an, ketika polisi di kota Philadelphia mulai menggunakan istilah "Black Friday", untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi ketika sejumlah besar turis pinggiran kota masuk ke kota dengan niat berbelanja keperluan Natal. Pada 1961, pemilik bisnis mencoba untuk menyebut hari itu dengan "Big Friday". Namun, itu tidak pernah berhasil. Istilah ini baru populer di seluruh Amerika pada 1985. Dan setelah tahun 2013, Black Friday diterima secara global.
Pada Black Friday, pembeli bergegas memanfaatkan penawaran Natal dan Tahun Baru. Beberapa toko bahkan mulai menawarkan diskon kepada pelanggan pada hari Thanksgiving. Pembeli online bahkan tidak perlu menunggu hingga tengah malam untuk mulai berbelanja.
Penyebaran dan Kritik Global Friday
Dengan kesuksesan Black Friday, idenya menyebar ke seluruh dunia. Meski tidak pada bulan November, banyak negara memiliki versi penjualannya sendiri. Saat ini, perusahaan skala besar seperti Amazon dapat menjual di tempat lain setelah mereka berkembang.
Namun pergeseran global ke gaya hidup yang lebih berorientasi pada konsumen telah mengundang kritik. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang memandang Black Friday sebagai simbol konsumsi berlebihan, membuat orang membeli produk yang tidak perlu, meningkatkan pemborosan produk, dan jumlah karbon yang ditambahkan, setelah barang dijual dengan harga murah.
Beberapa tahun yang lalu, para aktivis di Prancis melakukan protes Black Friday terhadap Amazon, menuduh layanan tersebut memperburuk perubahan iklim dengan pengirimannya yang cepat sambil memperkenalkan konsep penjualan Black Friday ke pasar Eropa.
Amandemen Stop Black Friday di Prancis diusulkan sekitar beberapa tahun yang lalu sebagai bagian dari undang-undang anti-sampah yang diperkenalkan oleh mantan menteri lingkungan Prancis Delphine Batho. Amandemen tersebut mengusulkan untuk memasukkan iklan "Black Friday" sebagai bagian dari "praktik komersial yang agresif" dengan hukuman maksimal dua tahun penjara dan denda 300.000 poundsterling. Video kekacauan dan kekerasan juga muncul di media sosial selama ini karena pembeli terpaksa berkelahi secara fisik untuk menjual barang spesial.
NADIA RAICHAN FITRIANUR | INDIAN EXPRESS | HINDUSTANTIMES
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.