Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dr Viriena Puspita dari Program Magister Ilmu Komunikasi Binus Graduate Program mengatakan remaja kerap menjadi korban misinformasi yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banyak remaja di Indonesia, termasuk di Kampung KB Kecamatan Ciawi, Bogor, memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai kesehatan seksual dan reproduksi. Mereka sering mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat diandalkan, seperti teman sebaya, media sosial, dan internet, yang dapat menyebarkan informasi yang salah,” ujar Viriena di Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjelaskan survei awal oleh OnTrackMedia Indonesia (OTMI) pada 2014 menunjukkan adanya praktik seksual tidak aman di kalangan pelajar SMP berusia 13-14 tahun. Hal ini menunjukkan remaja sering kali tidak memiliki akses ke informasi yang benar dan akurat mengenai cara melindungi diri sendiri.
Selain itu, sebanyak 46,1 persen perempuan Indonesia mengalami kehamilan pertama sebelum usia 20 tahun. Kehamilan remaja di Indonesia sangat terkait pernikahan pada usia anak dan sering terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan misinformasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi.
“Misinformasi dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan,” jelasnya.
Malu dan takut bertanya
Selain itu, remaja juga merasa malu atau takut bertanya tentang kesehatan seksual dan reproduksi kepada orang tua atau guru karena topik ini dianggap tabu. Hal itu memperburuk keadaan karena remaja lebih cenderung mencari jawaban dari film, internet, dan teman-teman sebaya yang juga mungkin tidak memiliki informasi yang akurat.
“Akibat kurangnya akses atas informasi yang akurat, positif, dan inklusif mengenai kesehatan seksual dan reproduksi sehingga remaja mempercayai mitos yang cenderung tidak benar,” paparnya.
Karena itu, dalam upaya membantu program pemerintah mengurangi disparitas kualitas kesehatan dan perencanaan keluarga sejahtera di Indonesia, Program Magister Ilmu Komunikasi Binus Graduate Program Jakarta menginisiasi Proyek Inisiatif Literasi Digital 5.0++ lintas lini. Kegiatan dilaksanakan di Desa Banjarwangi, Ciawi, Bogor. Proyek itu bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup di Kampung KB sesuai dengan target 37 dari Sustainable Development Goals (SDGs), yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk informasi dan pendidikan.
Pilihan Editor: Skoliosis Banyak Ditemukan pada Remaja, Bagaimana Mengatasinya?