Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak pria enggan mengungkapkan masalah disfungsi ereksi yang dialami dengan berbagai alasan, bisa karena malu atau frustasi. Namun pakar kesehatan seksual meminta tak perlu malu mengungkapkan masalah ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Orang mungkin menganggap disfungsi ereksi bagian hidup yang kompleks, normal, dan bikin stres. Tapi percayalah, pengobata medis dan modifikasi gaya hidup bisa mengatasinya," kata Dr. Paul Turek, spesialis kesuburan pria dan direktur Klinik Turek di San Francisco, Amerika Serikat, kepada USA Today.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk menjaga ereksi sebelum penetrasi. Ada dua komponen yang mempengaruhi, yakni mengalirkan darah ke penis untuk menjaga ereksi dan menjaga darah di penis untuk membuat tetap ereksi.
"Beberapa laki-laki mungkin mengalami salah satunya, ada pula yang bermasalah dengan keduanya," ujar Dr. Matt Armstrong, urolog di Revere Health di Utah.
Modifikasi gaya hidup
Ada juga yang disebabkan stres dan kecemasan. Namun bila gangguan mental itu sudah pergi, maka masalah ereksi pun bisa teratasi. Namun masalah terkait stres ini yang paling banyak terjadi, terutama pada orang muda, menurut Turek.
"Pada anak muda, disfungsi ereksi justru lebih sering terjadi. Sebuah penelitian menyebut satu dari lima pemuda berumur 18-24 tahun mengalami masalah menjaga ereksi," paparnya.
Pada laki-laki yang lebih tua, penyebabnya bisa beragam, termasuk faktor usia. "Sekitar 60 persen pria berusia di atas 70 tahun bisa mengalaminya, sedangka pada usia 50-an tahun sekitar 40 persen," jelas Turek.
Untuk mengatasinya tentu perlu mengetahui penyebabnya. Modifikasi gaya hidup perlu dilakukan, seperti rutin berolahraga, pola makan sehat, cukup tidur, menghindari rokok dan minuman beralkohol, mengurangi stres, dan menurunkan berat badan, jelas Dr. Nahid Punjani, urolog di Mayo Clinic di Arizona.
"Kami juga meminta pasien untuk berbicara jujur pada pasangannya. Terapi seks bisa dilakukan bila dibutuhkan," katanya.
Pilihan Editor: Peneliti Sebut Kaitan Disfungsi Ereksi dan Penyakit Jantung