Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sering Terlambat Terdeteksi, Jangan Abaikan 3 Gejala Kanker Serviks Ini

Pakar kesehatan menyebut tiga gejala kanker serviks yang perlu diwaspadai dan sering disalahartikan sebagai kondisi kesehatan biasa.

17 Januari 2025 | 16.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Kanker Serviks. Cancerbox.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar menyarankan kaum perempuan untuk mewaspadai tiga gejala salah satu kanker paling mematikan dan deteksi dini memperbesar peluang hidup. Menurut laporan, dua perempuan di Britania Raya meninggal dunia akibat kanker serviks setiap hari, termasuk pembawa acara TV Jade Goodie, pada usia 27 tahun, belum lama ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyakit ini sering disebut pembunuh senyap karena gejalanya sering disalahartikan sebagai masalah kesehatan yang tak terlalu serius, seperti masa-masa berat menstruasi dan kelelahan. Namun jika gejala bisa dikenali lebih awal, peluang untuk hidup lima tahun lagi terbuka sekitar 95 persen. Namun jika terlambat terdeteksi, maka peluang itu hanya 15 persen, terutama jika kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pakar kesehatan di perusahaan teknologi kesehatan myTomorrows, Angela Sarmiento Bentancourt, menyebut tiga gejala kanker serviks yang perlu diwaspadai. Keluar banyak darah saat haid, pendarahan setelah berhubungan intim, di antara waktu menstruasi atau setelah menopause, rasa sakit saat berhubungan seks, atau secara umum sakit di punggung bawah, perut bawah, pinggul adalah gejala kanker serviks.

Yang sering terjadi, pendarahan berat membuat pasien kanker serviks merasa sangat lelah atau lesu. Rasa sakit di punggung bawah atau di antara tulang pinggul biasanya terjadi ketika haid, namun bisa juga itu menjadi tanda kanker serviks. Rasa sakit biasanya disebabkan tumor yang menekan tulang, saraf, atau organ lain.

Pendarahan tak normal bisa terjadi akibat jaringan kanker dan pembuluh darah menjadi rapuh dan mudah berdarah. Ketika penyakit menyebar, jaringan sehat pun bisa ikut rusak dan berdarah, jelas Bentancourt. Kondisi ini mirip masalah kesehatan lain yang tidak terlalu berbahaya, seperti ketidakseimbangan hormon macam sindrom polikistik ovarium (PCOS), polip atau fibroid, penyakit menular dari hubungan seksual, atau penyakit reproduksi umum seperti endometriosis. Sementara sakit saat berhubungan seks bisa disebabkan infeksi, menopause, iritasi organ intim, dan alergi sabun atau kondom.

Infeksi HPV dan pencegahannya
Di Inggris, kanker serviks berada di urutan ke-14 jenis kanker yang menyerang perempuan dengan sekita 3.300 penderita setiap tahunnya. Untungnya, mereka punya akses untuk melakukan skrining. Namun di dunia, kanker serviks berada di urutan keempat jenis kanker penyerang perempuan, terutama di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah, dengan tingkat kematian yang tinggi.  

Sebanyak 99 persen kasus disebabkan infeksi human papillomavirus (HPV). Ada lebih dari 100 jenis HPV dan hanya 30 yang bisa menyerang organ intim. Banyak yang tidak sadar gejalanya karena bisa muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi dan kebanyakan kasus pulih sendiri tanpa pengobatan.

Akan tetapi pada sebagian kasus, infeksi bisa menyebabkan jaringan organi intim tumbuh tak normal, dan memicu kanker serviks beberapa tahun kemudian. Bentancourt menjelaskan kondom bisa menurunkan risiko infeksi HPV, selain ada juga vaksin HPV dengan efektivitas lebih dari 80 persen. Demikian dilansir dari Daily Mail.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus