Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Spotlight Effect: Mengenali Kondisi dan Cirinya

Spotlight effect merupakan istilah dalam psikologi untuk menggambarkan kondisi seseorang yang secara berlebihan merasa mendapat sorotan

13 Desember 2024 | 09.30 WIB

Ilustrasi cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Perbesar
Ilustrasi cemas. Freepik.com/Wayhomestudio

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Spotlight effect merupakan istilah dalam psikologi untuk menggambarkan kondisi seseorang yang secara berlebihan merasa mendapat sorotan. Dikutip dari Verywell Mind, orang yang mengalami spotlight effect merasa seolah-olah semua tindakan, penampilan, dan kesalahan kecil mereka menjadi pusat perhatian orang lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tentang Spotlight Effect

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi orang dengan kecemasan sosial (social anxiety), spotlight effect bisa menjadi lebih buruk mempengaruhi keseharian untuk bekerja. Bukan hal yang aneh jika memiliki rasa malu. Namun, bagi orang dengan kecemasan sosial, perasaan ini menjadi makin berlebihan.

Salah satu contoh spotlight effect adalah ketika mengenakan pakaian baru yang berbeda dari biasanya untuk ke kantor. Ia akan merasa khawatir orang lain akan memperhatikan pakaian dan menilai. Kenyataannya, kebanyakan orang tidak memperhatikan pakaian tersebut atau hanya sekadar melihat saja.

Dikutip dari Psychology Today, spotlight effect tidak hanya soal penampilan, tapi juga untuk tindakan. Orang cenderung melebih-lebihkan seberapa besar perhatian yang diberikan oleh rekan-rekannya.  Misalnya dalam diskusi kelompok terhadap kinerja positif atau negatif mereka. Orang dengan spotlight effect akan berpikir mengenai kinerja baik atau tidak dan cenderung menganggap orang lain memperhatikan kinerja lebih dari yang sewajarnya.

Spotlight effect adalah bias kognitif-suatu kesalahan dalam berpikir yang mempengaruhi penilaian tentang diri dan dunia. Dalam kasus ini  contoh bias egosentris, karena orang memiliki lebih banyak informasi tentang pikiran dan perasaan sehingga cenderung menempatkan terlalu banyak bobot perspektif ketika mengambil keputusan.

Meskipun dapat menebak yang dipikirkan orang lain, satu-satunya perspektif yang dapat diakses sepenuhnya adalah sudut pandang sendiri.  Kecenderungan untuk memusatkan diri kita sendiri ini membuat seseorang merasa seperti berada di bawah pengawasan.

Kondisi ini juga dipengaruhi jika seseorang kurang memiliki perspektif luar. Ia gagal menyadari bahwa orang lain juga sibuk dengan kehidupan mereka sendiri.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus