Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Magelang - Bangunan bernuansa hijau itu tak pernah sepi dikunjungi masyarakat yang hendak beribadah atau hanya sekadar beristirahat. Masyarakat menyebut bangunan bersejarah itu Masjid Agung atau Masjid Agung Kauman. Masjid tersebut berhadapan langsung dengan alun-alun Kota Magelang, didirikan pada 1650 M oleh tokoh ulama dari Jawa Timur bernama KH Mudakir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan dan tiap-tiap sudut Masjid Agung itu masih terlihat kokoh dan megah meski usianya sudah lebih dari 350 tahun. Pegiat sejarah Mageang Kota Toewa, Gusta Wisnu Wardhana menuturkan, sebelum menjadi semegah sekarang, Masjid Agung Magelang dulunya berupa langgar atau musala kecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masjid ini sejak dibangun, baru pada 1797 Masehi mengalami pemugaran," kata Gusta kepada Tempo, Rabu 12 Juli 2023. Menurut dia, pemugaran pertama dilakukan dengan menambah mimbar untuk khotib dan tiang (soko) guru yang terbuat dari kayu jati.
Kayu Jati Pemugaran Masjid Agung Magelang
Kala itu, kayu jatinya khusus dan berkualitas terbaik yang didatangkan dari Bojonegoro. Setelah pemugaran pertama, Masjid Agung Kauman juga mengalami beberapa perbaikan dan perubahan bentuk.
Hingga pada masa pemerintahan Bupati Magelang ke II yaitu RAA Danoeningrat II pada 1835 M bangunan ini mengalami renovasi kedua. "Renovasi ketiga saat pemerintahan Bupati Magelang III yaitu RAA Danoeningrat III," ujarnya.
Menurut dia, selama tiga kali renovasi, masjid tersebut belum mengalami perubahan bentuk. Baru pada 1871, bangunan yang berdiri di lahan seluas 3200 meter persegi itu ditambahkan serambi muka dan menara kecil. Pada puncaknya, di masa pemerintahan Bupati Magelang V RAA Danoesoegondo pada 1934, Masjid Agung Kauman Kota Magelang mengalami pemugaran besar-besaran.
Masjid Agung Kauman Magelang yang berdiri sejak 1650 (Tempo.co/Arimbihp)
"RAA Danoesoegondo dalam memugar masjid ini melibatkan seorang arsitek dari Belanda bernama Heer H Pluyter," tuturnya. Gusta menceritakan pemugaran di masa Danoesoegondo menghasilkan bentuk bangunan Masjid Agung Magelang yang bangunannya persis sama sampai sekarang ini.
Saksi Bisu Sejarah Bangsa Indonesia
Masjid Agung Kauman juga menjadi saksi bisu sejarah kemerdekaan Indonesia melawan penjajah. Pada masa perang kemerdekaan bahkan pernah dijadikan markas tentara rakyat yang akan berperang dengan Belanda. "Pada 1947 masjid ini dijadikan persinggahan tentara rakyat yang berasal dari Surabaya dan Madiun, saat berperang melawan penjajah," ujarnya.
Bahkan, pada 1948 Masjid Agung Magelang pernah mengalami kerusakan pada bagian atap dan tembok sebelah Utara. Kerusakan ini diakibatkan serangan tentara Belanda dan Gurkha, yang dibayar sekutu saat Masjid Agung Kauman dijadikan sebagai markas perjuangan. "Masjid itu pernah nyaris dihancurkan karena penjajah ingin menghancurkan perjuangan kemerdekaan," ucapnya.
Masjid Agung Magelang Lurus Searah Kiblat
Selain menjadi saksi sejarah, keunikan lain Masjid Agung Magelang adalah arah kiblatnya yang lurus searah dengan Mekkah. "Masjid Agung Kauman Magelang adalah satu dari 3 masjid di Jawa Tengah yang mempunyai arah kiblat lurus dengan Mekkah, dua masjid lainnya ialah Masjid di Grobogan dan Masjid Agung Jawa Tengah yang berada di Semarang," kata dia.
Pilihan Editor: 5 Masjid Tertua di Jawa Tengah, di Mana yang Pertama?
Catatan Redaksi: Artikel ini pada Kamis, 13 Juli 2023 pukul 10.32 WIB mengalami perubahan pada nama narasumber yang dimaksud disebabkan kelalaian dari kami. Kami mohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan ini.