Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Denpasar - Bebek timbungan merupakan salah satu sajian terkenal dan tertua khas Bali. Pada mulanya kuliner ini hanya dihidangkan pada ritual-ritual upacara adat Bali. Dikutip dari naskah kuno Dharma Caruban, salah satu menu Bali yang paling tradisional dalam upacara ritual adalah Timbungan.
Baca juga: Wisata Kuliner Semarang kata Blogger Prancis, Apa yang Menarik?
Timbungan sendiri berasal dari kata embung atau timbung yang memiliki arti bambu. Jadi, Bebek Timbungan adalah hidangan daging bebek yang dimasak dengan bumbu basa genep (racikan bumbu utama khas Bali) menggunakan bilah bambu.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, seperti disebutkan dalam siaran Pers Kemenpar, 17 Februari 2019, berharap bebek timbungan, sajian khas tertua asli Bali yang dipopulerkan kembali, ini bisa menjadi daya tarik baru bagi dunia wisata kuliner di Pulau Dewata.
“Saya berharap Bebek Timbungan semakin melengkapi kuliner di Bali dan diminati wisatawan yang berlibur ke Bali,” ujar Menpar Arief Yahya usai meresmikan Restoran Bebek Timbungan Bali yang berada di Pertokoan Sunset One, Kuta, Badung, Bali, Minggu, 17 Februari 2019.ilustrasi hidangan bebek (pixabay.com)
Restoran yang menyajikan masakan berbahan dasar bebek itu memang diharapkan akan semakin melengkapi kuliner tradisional yang ada di Pulau Dewata. Sebut saja ayam betutu, sate lilit, atau sayur plecing kangkung yang selama ini menjadi daya tarik kuliner yang terkenal di Bali.
Selama ini menu bebek timbungan merupakan kuliner khas Bali yang biasanya disajikan menjelang Hari Raya Galungan. Kelezatan bebek timbungan didapat dari olahan bumbu dan rempah serta sajian bebek yang dimasak hingga empuk.
Apalagi ditambah nikmat jika disantap dengan nasi putih panas dan sambal matah yang juga khas Bali. Sajian khas dan istimewa yang dihidangkan dengan mempertahankan komposisi dan cara pengolahan sesuai dengan resep warisan leluhur.Resep Sambal Matah
Menpar Arief Yahya yang hadir bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati mengatakan, pengeluaran wisatawan paling besar selain untuk akomodasi adalah untuk keperluan makanan/kuliner. Jumlahnya mencapai 60 persen dengan rincian 40 persen untuk hotel dan 20 persen untuk kuliner atau restoran.
Menpar Arief juga menekankan pentingnya bisnis kuliner di kawasan pariwisata. Masa depan industri kuliner sangat bagus. Bahkan, kata dia, diplomasi sosial ekonomi terbaik melalui kuliner. “Ya jadi sudah saya simpulkan tadi, diplomasi sosial ekonomi terbaik itu melalui kuliner,” kata Menpar.
Baca juga: Lawar Kuwir, Kuliner Favorit Khas Bali dari Daging Bebek
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini