Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Tekanan Darah Terlalu Rendah?

Tekanan darah rendah yang berlangsung terus-menerus atau muncul tiba-tiba dapat menyebabkan berbagai keluhan.

25 April 2025 | 13.21 WIB

Ilustrasi cek tekanan darah. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi cek tekanan darah. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan darah rendah (hipotensi) ditandai dengan bacaan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg. Meski sering kali tidak menimbulkan masalah serius, tekanan darah yang terlalu rendah tetap bisa berbahaya, terutama jika menimbulkan gejala yang mengganggu aktivitas hingga membahayakan nyawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut laman UCLA Health, tekanan darah rendah yang berlangsung terus-menerus atau muncul tiba-tiba dapat menyebabkan berbagai keluhan. Di antaranya adalah pusing, tubuh terasa ringan, penglihatan kabur, kelelahan, mual, hingga pingsan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada beberapa kasus, penderita bisa mengalami palpitasi atau sensasi detak jantung tidak beraturan, kebingungan, sakit kepala, dan nyeri di leher atau punggung. Bila suplai darah ke otak terganggu, risiko jatuh atau kehilangan kesadaran menjadi lebih tinggi.

Penyebab Hipotensi

Hipotensi bisa terjadi karena banyak faktor, mulai dari dehidrasi, efek samping obat-obatan, hingga masalah pada jantung. Beberapa kondisi medis seperti gangguan hormon (hipotiroidisme, diabetes, atau gula darah rendah), penyakit Parkinson, dan anemia akibat kekurangan vitamin B12 atau folat juga bisa menjadi pemicunya. Pada ibu hamil, tekanan darah cenderung lebih rendah karena perubahan sirkulasi darah.

Beberapa obat yang dapat menurunkan tekanan darah secara drastis antara lain beta-blocker, diuretik, obat antidepresan trisiklik, dan obat untuk disfungsi ereksi bila dikombinasikan dengan nitrat.

Jenis-jenis Hipotensi

Dilansir dari laman WebMD, ada beberapa tipe hipotensi yang umum terjadi. Pertama, postural hypotension yang muncul saat seseorang tiba-tiba berdiri dari posisi duduk atau berbaring. Kedua, neurally mediated hypotension, biasanya terjadi setelah berdiri terlalu lama, umumnya pada usia muda.

Ketiga, postprandial hypotension, yakni tekanan darah turun setelah makan besar, lazim pada lansia atau penderita penyakit neurologis. Terakhir, multiple system atrophy with orthostatic hypotension, yang langka dan terkait dengan gangguan sistem saraf otonom.

Jika dibiarkan, tekanan darah yang terlalu rendah bisa memicu kondisi gawat darurat seperti syok. Salah satunya ada syok septik akibat infeksi berat yang menyebar ke aliran darah atau anafilaksis yang merupakan reaksi alergi akut yang bisa mengganggu fungsi jantung. Kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma atau pendarahan internal juga bisa menyebabkan penurunan tekanan darah drastis.

Diagnosis dan Pemeriksaan Hipotensi

Dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan penyebab hipotensi. Mulai dari pemeriksaan fisik, rekam jantung (EKG), tes darah untuk mengecek anemia atau gula darah, hingga uji tilt-table yang mengamati respons tekanan darah terhadap perubahan posisi tubuh.

Tetapi tidak semua kasus hipotensi membutuhkan obat. Perubahan gaya hidup seperti mengonsumsi lebih banyak cairan dan garam (dengan pengawasan medis), membagi porsi makan menjadi lebih kecil namun sering, menghindari berdiri terlalu lama, serta menghindari alkohol bisa membantu menjaga tekanan darah tetap stabil.

Jika diperlukan, dokter dapat meresepkan obat seperti fludrokortison untuk meningkatkan volume darah atau midodrin yang mempersempit pembuluh darah guna menaikkan tekanan.

Komplikasi

Hipotensi yang tidak ditangani dapat menyebabkan cedera akibat jatuh, penurunan fungsi organ, hingga syok. Pada kasus kronis, tubuh mungkin tidak mendapat cukup oksigen untuk berfungsi normal yang pada akhirnya bisa berujung pada gangguan jantung, stroke, atau bahkan kegagalan organ.

Segera konsultasikan ke dokter jika tekanan darah terus rendah dan disertai gejala seperti pingsan atau kelelahan ekstrem. Terutama jika sedang mengonsumsi obat tertentu atau memiliki riwayat penyakit jantung. Penanganan sejak dini dapat mencegah komplikasi yang lebih berat di kemudian hari.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus