Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

7 Mei 2024 | 20.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Umat Muslim melaksanakan salat berjamaah saat menggelar aksi dan berbuka puasa bersama di depan kediaman Donald Trump di Trump Tower, New York, 1 Juni 2017. Aksi itu digelar sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Presiden Donald Trump yang xenofobia, seperti larangan perayaan Ramadan di AS.REUTERS/Lucas Jackson

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Xenophobia didefinisikan sebagai kebencian, ketakutan, atau kecurigaan terhadap orang-orang yang memiliki latar belakang ras, etnis, atau agama lain. Sederhananya, xenophobia ketakutan terhadap orang asing. Kata ini diambil dari bahasa Yunani xenos yang berarti orang asing dan phobia yang berarti ketakutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari Study.com, sikap xenophobia dapat muncul di antara suatu populasi ketika dihadapkan pada kelompok atau individu yang dianggap asing atau berbeda dari mereka. Sikap-sikap ini dapat terwujud dalam bentuk prasangka terhadap anggota kelompok masyarakat tertentu pada waktu tertentu, atau bertahan dalam jangka waktu lama sebagai pengaruh terhadap pembuatan kebijakan, undang-undang, dan integrasi umum masyarakat ke dalam komunitas yang ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun xenophobia atau kerap juga disebut xenofobia ada di seluruh dunia, Amerika Serikat secara khusus telah menanamkan sikap xenofobia yang berdampak pada penerimaan berbagai kelompok dalam masyarakat Amerika, termasuk penduduk asli Amerika Utara, berbagai komunitas imigran, populasi minoritas, dan identitas budaya atau agama yang dipandang sebagai hal berbeda yang tidak dapat diterima.

Xenophobia sebagai Fenomena Psikologis

Xenophobia, sebagai fenomena psikologis, melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian terhadap individu atau kelompok yang dianggap asing atau berbeda. Dalam psikologi, xenofobia dipelajari dari berbagai sudut pandang untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, konsekuensi psikologisnya, dan strategi untuk mengatasi atau mencegahnya.

Dikutip dari European Center for Populism Studies, xenofobia dan rasisme sering kali tumpang tindih namun berbeda karena rasisme didasarkan pada karakteristik fisik. Rasisme sebagai keyakinan bahwa ras penentu utama sifat dan kapasitas manusia dan bahwa perbedaan ras menghasilkan superioritas yang melekat pada ras tertentu.

Pada dasarnya, xenophobia ketakutan yang tak rasional terhadap orang asing atau yang asing, sedangkan rasisme keyakinan bahwa ras tertentu secara inheren lebih baik daripada ras lain. Namun, keduanya memiliki keterkaitan dengan diskriminasi yang mungkin berdampak pada psikolog sehingga menimbulkan trauma rasial.

Helen Jun, terapis trauma rasial, mengatakan trauma rasial unik dari jenis lainnya karena sulit dikenali. Seringkali pasien yang mencari layanannya tidak menyadari bahwa mereka mengalami trauma rasial, namun mereka datang dengan gejala-gejalanya. Seperti depresi, perasaan tak aman, keputusasaan akibat pertemuan rasis, dan bahkan ingatan yang mengganggu tentang peristiwa rasis. 

Diagnosis trauma rasial saja sudah bisa menenangkan, kata Jun. “Kekuatan diagnosis trauma adalah ia mengeksternalisasikan sumber patologi. Artinya, 'Sesuatu yang buruk terjadi padamu,' bukan 'Ada yang salah denganmu,'” jelas Jun dikutip dari TeenVogue. 

“Disebutkan bahwa psikopatologi tidak melekat pada individu-individu ini tetapi merupakan akibat dari trauma sistemik.”

Baik Makari maupun Jun menyatakan bahwa pandangan xenofobia tumbuh subur dalam isolasi. Ketika orang-orang yang menganut pandangan xenophobia dihadapkan pada orang-orang yang memiliki pandangan tersebut — baik melalui pekerjaan, sekolah, atau olahraga — pandangan tersebut akan ditantang.

Jun mengatakan bahwa para psikolog sadar bahwa cara paling efektif untuk menantang sikap xenophobia adalah interaksi antarpribadi, namun sangat disayangkan bahwa solusinya adalah memberikan beban yang tak semestinya pada orang yang mengalami diskriminasi. 

Itu sebabnya, kata Jun, penting bagi sekutu untuk memikul sebagian dari pekerjaan tersebut: “Sekutu dapat melakukan pekerjaan itu untuk teman-temannya atau melakukannya secara interpersonal. Cara paling efektif untuk melakukannya adalah secara interpersonal.”

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus