Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mencatat prevalensi kasus stroke di Indonesia sebanyak 8,3 per 1.000 penduduk. Sedangkan dari segi pembiayaan, pada 2023 stroke adalah penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dengan Rp 5,2 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Yudhi Pramono, mengatakan 90 persen kasus stroke dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, merokok, hingga kurang aktivitas fisik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebenarnya 90 persen kejadian stroke dapat dicegah melalui pengendalian faktor risikonya, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dislipidemia, gangguan jantung, merokok, kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat, stres, dan konsumsi alkohol," kata Yudhi dalam diskusi daring, Jumat, 25 Oktober 2024.
Dalam rangka menurunkan angka prevalensi stroke di Indonesia, Kemenkes menggalakkan program deteksi dini dislipidemia atau kadar lemak tidak normal dalam darah pada pasien diabetes melitus dan hipertensi. Pemerintah menargetkan 90 persen atau 10,5 juta penduduk telah melakukan deteksi dini pada 2024.
"Butuh upaya yang lebih masif lagi dengan melibatkan berbagai unsur dari pemerintah, akademisi, organisasi profesi, swasta, dan masyarakat, dalam meningkatkan capaian deteksi dini stroke sebagai upaya menurunkan insiden stroke di Indonesia," ujar Yudhi.
Transformasi layanan kesehatan
Selain melalui program deteksi dini, Kemenkes juga melakukan transformasi layanan kesehatan mulai dari aspek layanan primer hingga teknologi kesehatan. Upaya penguatan layanan primer dilakukan melalui integrasi pelayanan, termasuk deteksi dini stroke. Sedangkan pada layanan rujukan melalui pengampuan rumah sakit layanan stroke dilakukan dengan pemenuhan sarana prasarana dan tenaga kesehatan.
"Saat ini kita mengembangkan stroke registry sebagai basis bukti kebijakan stroke untuk ke depannya," katanya.
Yudhi menerangkan Kemenkes juga akan mendorong kegiatan skrining kesehatan yang dilakukan saat hari ulang tahun setiap penduduk. "Di dalamnya ada skrining baik kolesterol, kemudian profil lipid yang nanti juga untuk mengantisipasi terjadinya stroke," papar Yudhi.