Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Pemerintah Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli, Provinsi Sumatera Utara, sedang mengembangkan tiga desa wisata pada tahun ini. Camat Gunungsitoli Barat Arianto Zega mengatakan, tiga calon desa wisata itu ialah Desa Gada, Desa Lolomoyo Tuhemberua, dan Desa Tumori. Tiga desa ini punya potensi wisata berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengembangan desa wisata menjadi program unggulan kecamatan seluas 28,70 kilometer persegi di Pulau Nias itu. Tujuannya, melestarikan serta memanfaatkan potensi budaya dan alam ketiga desa demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Saya mohon pemerintah pemerintah provinsi dan pemerintah pusat memperhatikan dan mendukung pengembangan desa-desa wisata ini agar bisa launching pada Maret 2022," kata Arianto kepada Tempo, Sabtu, 9 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Desain besar pengembangan ketiga desa wisata tersebut dibuat oleh Perkumpulan Hiduplah Indonesia Raya atau Hidora dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Desain besar diserahkan kepada anggota DPRD Sumatera Utara, Penyabar Nakhe dan anggota Komisi I DPRD Kota Gunungsitoli, Firman Zebua, lalu diserahkan kepada tiga kepala desa pada pertengahan September 2021. Pembiayaan pengembangan desa wisata ini berasal dari dana desa dan disokong penuh oleh Pemerintah Kota Gunungsitoli dan parlemen setempat.
Menurut Arianto, di Desa Lolomoyo Tuhemberua terdapat Gunung Hilisale’u. Pemerintah kecamatan sudah mengantongi izin memanfaatkan 5 .000 hektare lahan gunung tersebut untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata buatan. Nantinya akan dibangun bumi perkemahan, taman bunga, menara pandang, spot swafoto atau selfie, dan rumah-tinggal atau homestay.
Rumah adat Nias di Desa Lolomoyo Tuhemberua, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Provinsi Sumatera Utara. Dok. Istimewa
Desa Tumori memiliki potensi wisata berupa atraksi kesenian dan sepuluh rumah adat Nias. Rumah adat Nias terbagi dua, yaitu omo sebua (dihuni kepala desa atau salawa dan kaum bangsawan) dan omo hada (dihuni penduduk biasa). Pengembangan Desa Tumori mengacu pada desa wisata adat Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Di sana nanti dibangun sanggar tari dan atraksi kesenian lain khas Nias.
Sedangkan Desa Gada mempunyai potensi wisata hutan lindung alami. Hutan lindung di Desa Gada ditumbuhi pohon-pohon endemik yang merupakan bahan baku pembuatan rumah adat Nias, yaitu kayu simalambuo, kayu berua, kayu duria, kayu amandraya, kayu bito, kayu gito lio, kayu bayo, dan kayu ohi.
Dalam desain besar wisata Desa Gada terdapat rencana pengembangan wisata arboretum area hutan. Di sana berlangsung proses penanaman, perawatan, hingga pengembangan tanaman bagi ilmu pengetahuan, pendidikan, keindahan, dan peragaan. Dalam arboretum terdapat tanaman obat-obat tradisional, maupun sebagai area konservasi untuk pohon endemik yang menjadi bahan utama pembangunan rumah adat Nias, ditambah jalur trekking, jembatan antarpohon atau canopy trail, rumah pohon, dan lain-lain.
Selain hutan, Desa Gada mempunyai megalitikum Saita Goroba dan Sungai Mola. Bebatuan di sungai ini unik. Dari formasi geologi Gomo yang berumur sekitar 5 juta tahun, berupa endapan longsoran sedimen laut dalam berupa selang-seling lempung, pasir, dan napal, serta fosil globigerina. Sebab itu, di desa ini akan dikembangkan wisata geopark.
Sungai Mola mempunyai susunan batu dari formasi geologi Gomo yang diperkirakan berusia 5 juta tahun. Dok. Camat Gunungsitoli Barat
Desa Gada juga masih mempunyai dua rumah adat Nias sehingga pemerintah desa setempat mengembangkan sanggar tari. Para remaja dan pemuda berlatih menari, sama dengan di Desa Tumori. Masyarakat melestarikan dua rumah adat itu sebagai pusat aktivitas budaya, museum budaya desa, rumah-tinggal, dan kafe kuliner lokal khas Desa Gada. Kuliner lokal di sana, antara lain fale/binogo (daging/ikan asin) dicampur parutan kelapa yang dibungkus daun damo.
Arianto mengatakan, masyarakat kini membutuhkan pelatihan agar siap menerima tamu. "Termasuk pelatihan UMKM supaya komoditas desa, seperti pisang punya nilai tambah," katanya.
Penyabar Nakhe mendukung penuh program pengembangan desa wisata di Kecamatan Gunungsitoli Barat ini. Anggota dewan dari Fraksi PDI Perjuangan itu berjanji mengawal penuh proses riset, kajian, perencanaan, dan perancangan desain tiga desa wisata tadi. "Kami akan mengawal sampai tuntas dan berupaya agar mendapat dukungan dari pemerintah," katanya.
Baca juga:
5 Keistimewaan Rumah Adat Toraja, Bukan Sekadar Rumah Biasa