Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Desa Wisata Wringin Anom Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, berhasil mengembangkan potensi wisatanya sehingga masuk ke dalam daftar 50 besar nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI 2024. Saat ini wisata yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Dewi Anom ini menawarkan 15 paket wisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Pokdarwis Dewi Anom Galuh Prasetyo, yang ditemui Tempo, Selasa sore, 9 Juli 2024, menjelaskan bahwa dari 15 paket wisata, ada enam yang diandalkan yaitu wisata susur sungai Banyumaro, agrowisata petik jeruk, off-road dan jelajah desa, edukasi peternakan sapi dan pertanian, penginapan homestay dan guest house, serta paket tur Bromo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selebihnya, ada paket edukasi membuat sandal dari eceng gondok, mencicipi cara pembuatan es pensil, pembuatan wayang kulit, menyaksikan tarian tradisional, dan lain-lain.
River Tubing di Desa Wisata Wringin Anom, Kabupaten Malang (Dok. Pokdarwis Dewi Anom)
Susur Sungai
Apabila diperingkat, paket wisata susur sungai (river tubing) jadi paket favorit alias paling disukai pengunjung dari 6 paket andalan. Sebenarnya, kata Galuh, wisata susur sungai sudah dirintis secara mandiri sejak 2010, tapi makin diseriusi setelah Galuh mengetuai Pokdarwis Dewi Anom.
Pengunjung yang memilih paket susur sungai dengan ban karet didampingi pemandu bersertifikat. Pengunjung harus menggunakan rompi dan helm. Atraksi susur sungai ini ditawarkan dalam tiga paket: perjalanan pendek atau short trip (1 kilometer) dengan harga Rp 75 ribu per orang, medium trip (2 kilometer) dengan tarif Rp 125 ribu per orang, dan long trip (3 kilometer) bertarif Rp 150 ribu per orang. Dari tiga paket ini, hanya wisatawan pemilih paket perjalanan pendek yang tidak mendapatkan makanan.
“Itu saja pembeda antara tiga paket river tubing. Alhamdulillah, rata-rata kami menerima 300-400 orang tamu per bulan. Mayoritas tamu kami berasal dari Surabaya, Malang, dan Jakarta. Ada juga orang asing, tapi sedikit. Kebanyakan tamu memesan untuk kegiatan weekend (akhir pekan),” kata dia.
Kolaborasi dengan Desa Tetangga
Galuh mengaku, tidak semua paket yang ditawarkan langsung tersedia di Wringin Anom, makanya mereka berkolaborasi dengan pokdarwis Desa Gubugklakah. Ambil contoh wisata petik apel. Di Desa Wringin Anom tiada lagi tanaman apel, sudah berganti dengan tanaman jeruk. Wisatawan yang ingin merasakan sensasi petik apel akan diajak ke kebun apel petani di Desa Gubugklakah.
Wisatawan yang ingin merasakan sensasi air terjun, maka pegiat Pokdarwis Wringin Anom akan membawa mereka ke Coban Pelangi di Dusun Gubugklakah, Desa Gubuklakah. Objek wisata Coban Pelangi—kata coban dalam bahasa Indonesia berarti air terjun—ini dikelola Perhutani dan dikerjasamakan dengan pokdarwis desa setempat.
“Di tempat kami memang ada air terjun, yaitu Coban Saripan. Tapi debit airnya kecil dan makin kecil di musim kemarau. Makanya para tamu kami bawa ke sana (Coban Pelangi). Yang penting kami harus sangat kreatif mengembangkan wisata di sini, jangan sampai pengunjung kecewa,” kata Galuh.
Tur Gunung Bromo
Paket wisata ke Gunung Bromo juga disukai pengunjung. Di Desa Wringin Anom terdapat 150-an jip dengan 120-an supir. Tarif wisata ke Bromo termurah Rp 650 ribu per orang dan termahal sekitar satu jutaan rupiah. Murah-mahalnya ongkos tergantung lokasi tujuan yang berada dalam kawasan objek wisata Bromo. Umumnya, pengunjung mendatangi Gunung Penanjakan, Kawah Bromo, Laut Pasir Bromo atau Kaldera Bromo, serta Lembah Watangan yang populer dengan padang rumput dan Bukit Teletubbies.
Wisatawan yang hendak ke Bromo dianjurkan menginap di Desa Wringin Anom. Penginapan di desa ini terdiri dari 20-an unit rumah inap atau homestay berstandar desa wisata, plus 6 unit wisma tamu atau guest house yang rata-rata punya lebih dari lima kamar.
Contoh sandal yang terbuat dari eceng gondok ditunjukkan oleh anggota Kelompok Sadar Wisata Dewi Anom, Desa Wringin Anom, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pembuatan sandal ini juga jadi atraksi edukasi bagi wisatawan. TEMPO/Abdi Purmono
Selain ke Bromo, pengunjung yang menginap di akhir pekan bisa merasakan sensasi berkemah, mancakrida (outbound), jelajah desa, berkendara off-road, serta belajar tentang peternakan sapi perah dan pengolahan susu segar, pertanian, serta membuat sandal dari eceng gondok.
Menurut Galuh, membuat sandal dari eceng gondok jadi wisata edukasi favorit. Pengunjung bisa langsung belajar membuat sandal dan pengunjung boleh membawa pulang sandal karya sendiri. Paket wisatanya hanya Rp 35 ribu per orang.
“Semua potensi wisata kami tawarkan dan kami harus inovatif. Semua paket wisata masih bisa kok dinegosiasikan, yang penting sama-sama enak, enggak ada yang merasa dirugikan,” kata Galuh, bapak muda yang punya sepasang bocah.