Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Anggap Pembantaian di Rafah adalah Perang, Agnez Mo Panen Hujatan

Agnez Mo menjadi bulan-bulanan warganet usai menyuarakan penghentian perang saat warga dunia menilai pembantaian anak-anak di Rafah adalah genosida.

30 Mei 2024 | 11.18 WIB

Penampilan Agnez Mo di Gold Gala 2024. Foto: Instagram/@agnezmo
Perbesar
Penampilan Agnez Mo di Gold Gala 2024. Foto: Instagram/@agnezmo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi, Agnez Mo panen hujatan netizen usai ikut menanggapi pembantaian warga sipil Palestina di Rafah oleh tentara Israel (IDF). Alih-alih mengikuti gerakan All Eyes on Rafah yang sedang ramai-ramai digemakan penduduk dunia, penyanyi yang kini menetap di Amerika Serikat itu justru menyerukan penghentian perang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dalam unggahan-unggahan di Instagram Storynya pada Rabu, 29 Mei 2024, penyanyi bernama asli Agnes Monica Muljoto ini menilai apa yang terjadi di Rafah dan Gaza, Palestina adalah buah dari perang antara Israel dan Hamas dan bukan genosida. Karena itu, semua unggahannya bukan mengungkapkan kepedulian terhadap warga sipil Palestina yang menjadi korban kebiadaban Israel namun seruan menghentikan perang.

Unggahan-unggahan Agnez Mo yang Memantik Kemarahan

Ia memulainya dengan unggahan foto seorang pria membentangkan spanduk bertuliskan, "Peace is cheaper," atau perdamaian lebih murah. Agnez selanjutnya mengunggah seorang perempuan yang ikut berdemonstrasi dengan mengusung tulisan di atas potongan kardus yang dikutip dari pendapat Tupac Shakur, rapper, penyair, dan aktivis dari Amerika Serikat. "They got money for wars, but can’t feed the poor (Mereka mendapatkan uang untuk perang namun tidak bisa memberi makan untuk orang miskin)," demikian sepenggal lirik yang ditulis di atas lembaran kardus, yang diambil dari lagu Tupac berjudul 'Keep Ya Head Up.'

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Agnez Mo kemudian membuat unggahan kalimat langsung yang ditulis di atas layar hitam, "Stop the war (hentikan perang)." Pada unggahan berikutnya, perempuan berusia 37 tahun ini baru berbicara soal pembantaian anak-anak. "There is no such  thing as killing children legally (tidak ada pembenaran untuk membantai anak-anak," yang disuarakan aktris Amerika, Yara Shahidi.

Unggahan-unggahan inilah yang memicu hujatan terhadapnya. Pada unggahan terakhirnya di beranda dua hari lalu, yang memperlihatkan tengah berpose di dalam mobil, beberapa netizen masih bisa mengingatkannya meski komentar sudah dibatasi Agnez Mo.

 "Yang terjadi adalah genosida, penghapusan suatu etnis dan penjajahan. Bayi yang dipenggal di tempat pengungsian sudah cukup menandakan ini bukan peperangan tapi sebuah penindasan. Dear Queen, netral dalam situasi saat ini menunjukkan keberpihakanmu. Watch out!" tulis @rizk***. "Educate urself girl! It's not a war! Beraninya kamu gunakan platform sialmu untuk menyangkal, memalukan," tulis @hai***dalam Bahasa Inggris. Hujatan serupa mengalir ramai di aplikasi X. 

Setelah Hujatan, Agnez Mo Ikut Gerakan All Eyes on Rafah

Pada akhirnya, setelah mendapat hujatan, Agnez Mo membuat unggahan baru. Ia menegaskan kembali, tidak ada pembenaran untuk membantai anak-anak. "I said it again," tulisnya pada unggahan terbaru, satu jam lalu, Kamis, 30 Mei 2024. Ia akhirnya mengikuti seruan masyarakat dunia untuk menggaungkan gerakan, " All Eyes on Rafah," di Instagram Storynya. 

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus