Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Pameran Perhiasan Kontemporer di Museum Toeti Heraty

Museum Toeti Heraty, Menteng, Jakarta Pusat, menggelar pameran perhiasan kontemporer. Apa itu contemporary jewelry?

9 Oktober 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Museum Toeti Heraty, Menteng, Jakarta Pusat, menggelar pameran perhiasan kontemporer pada 8 dan 9 Oktober 2024.

  • Contemporary jewelry merupakan perpaduan perhiasan dan seni.

  • Material perhiasan kontemporer bisa apa saja, termasuk barang bekas.

AUDITORIUM Museum Toeti Heraty, Menteng, Jakarta Pusat, menjadi ruang pamer perhiasan pada Selasa-Rabu, 8-9 Oktober 2024. Namun tak ada emas dan perak di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekshibisi itu menampilkan kalung, gelang, cincin, bros, dan sebagainya yang terbuat dari berbagai barang bekas. Ada kalung yang terbuat dari gantungan baju berbahan kawat, resin yang dirangkai menjadi gelang, dan lain-lain. Istilahnya, perhiasan kontemporer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JD Institute of Fashion Technology menyebutkan contemporary jewelry adalah penggabungan perhiasan dan seni. Perhiasan kontemporer dipandang sebagai gerakan seni progresif yang merupakan representasi budaya dan sikap masyarakat pada masa kini. Cabang desain perhiasan ini tidak mematuhi bentuk dan fungsi. Desainernya tidak semata-mata mempertimbangkan daya tarik estetika dan kepantasan, tapi juga jenis bahan serta konteksnya.

Perhiasan kontemporer punya fleksibilitas dalam penggunaan bahan, termasuk besi, kaca, tali-temali, manik-manik, serta tanah liat. Bahan lain mencakup porselen, kayu, plastik, silikon, dan sebagainya.

Vogue menuliskan perhiasan kontemporer tidak hanya diproduksi oleh nama besar, seperti Cartier dan Van Cleef & Arpels, tapi juga pembuat perhiasan independen, seperti Jennifer Fisher, Foundrae, dan Alison Lou. Majalah mode itu menuliskan ada sejumlah nama baru yang layak diperhitungkan, seperti Lié Studio dari Kopenhagen, Denmark. Merek itu didirikan oleh model kembar Amalie dan Cecilie Moosgaard pada 2021. Koleksinya berupa cincin dan anting yang terbuat dari perak sterling 18 karat, perak sterling 925, dan batu-batuan.

Ada juga Agmes yang didirikan oleh Morgan Lang di New York pada 2016. Produknya berupa anting dan gelang yang sebagian materialnya berupa potongan perak serta emas yang terinspirasi oleh seni dan arsitektur. Itu dibuat dari bahan daur ulang dan logam bekas.

Aksesori kalung terbuat dari selang yang dipadukan dengan materi lain seperti resin dan kawat, karya Inrara Sakib, di Cemara 6 Galeri Museum Toeti Herati, Menteng, Jakarta Pusat, 7 Oktober 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun

Contemporary jewelry yang dipamerkan di Museum Toeti Heraty tak mau ketinggalan. Koleksi-koleksi yang ditampilkan di sana pernah memeriahkan Paris Fashion Week 2023 dan Milan Fashion Week 2024. "Ini pertama kalinya saya perkenalkan di Indonesia," kata Inrara Sakib di lokasi pemeran.

Perhiasan buatan Inrara melepaskan diri dari aturan konvensional. Dia mengatakan banyak orang salah paham sehingga menyamakan perhiasan kontemporer dengan etnik. "Contemporary jewelry banyak memadukan materi, warna, dan bentuk sehingga jadi sangat tidak konvensional," ujar Inrara. "Sementara itu, etnik didasarkan pada kebudayaan tertentu."

Dia mencontohkan subeng, anting berbentuk kerucut dari Bali. Bentuknya relatif tidak berubah dari dulu. Dia menambahkan batu, kawat, dan lempengan aluminium berwarna emas. "Sehingga jadi kontemporer," kata Inrara. Pada karyanya yang lain, dia membuat kalung dari selang yang berhiaskan untaian ukiran kayu berbentuk hati dan burung.

Perancang perhiasan dan pendiri terima kasih kemBali, Inrara Sakib, di Flying Solo, Paris, Prancis, 2023. Dokumentasi Pribadi

Inrara mulai membuat contemporary jewelry pada 2017 dengan modal awal Rp 2 juta. Selain berjualan lewat online, dia rajin ikut pameran untuk memasarkan karyanya. Perlahan buah tangan perempuan 59 tahun ini mulai dikenal pembeli dari mancanegara. Kini seuntai kalung buatannya bisa dijual seharga Rp 6 jutaan. Banderol itu menjadi apresiasi atas karya seninya.

Inrara melabeli produknya dengan "terima kasih kemBali". Dia memilih frasa itu untuk mempopulerkan bahasa Indonesia di berbagai perhelatan mode internasional dengan penekanan "Bali" yang sudah mendunia.  

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ihsan Reliubun

Ihsan Reliubun

Lulus dari IAIN Ambon. Menggemari petualangan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus