Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Bersua Bidadari di Air Terjun Benang Kelambu

Air Terjun Benang Kelambu di kaki Gunung Rinjani memiliki legenda sebagai pemandian bidadari. Lepas dari legenda itu, air terjun ini secantik bidadari

7 November 2019 | 21.36 WIB

Air Terjun Benang Kelambu di Kaki Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dok. Kemenparekraf
Perbesar
Air Terjun Benang Kelambu di Kaki Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dok. Kemenparekraf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Mataram - Jika ingin sesekali merasakan imajinasi kehadiran bidadari, datanglah ke Air Terjun Benang Kelambu di Kaki Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kabarnya, sosok reinkarnasi bidadari bernama Dewi Anjani yang juga ibu Hanoman itu biasa mandi di air terjun itu. Bahkan konon, air terjun yang keluar lewat celah-celah batu dan membentuk empat tingkatan ini merupakan tempat mandi Dewi Anjani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi penduduk setempat termasuk Tera, perempuan berusia 25 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek di kawasan Wisata Air Terjun Benang Kelambu Geopark Rinjani, mereka percaya bahwa air yang keluar melalui celah batu ibarat tirai bagi Dewi Anjani saat mandi. Terlepas dari legenda itu, keindahan air terjun ini memang seelok bidadari.

"Dalam bahasa Sasak, tirai disebut kelambu, nama inilah yang kemudian disematkan pada air terjun setinggi 40 meter tersebut," kata Tera seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Terletak di Lombok Tengah, pengunjung dapat menjangkau objek wisata ini dengan menggunakan kendaraan baik motor maupun mobil hingga ke gerbang masuk. Namun dari gerbang itu, pengunjung harus memutuskan apakah ingin berjalan kaki atau menggunakan jasa ojek.

Air terjun yang keluar lewat celah-celah batu dan membentuk empat tingkatan Air Terjun Benang Kelambu ini merupakan tempat mandi bidadari Dewi Anjani. Dok. Kemenparekraf

Karena keterbatasan waktu, rombongan Fam Trip Kemenparekraf yang terdiri dari perwakilan Konsulat jenderal Republik Indonesia (KJRI) Mumbai serta para travel writer, youtuber, dan jurnalis India memutuskan untuk menggunakan jasa ojek yang ternyata sebagian pengemudinya adalah perempuan.

Para pengemudi ojek perempuan tersebut mengantarkan rombongan pengunjung ke air terjun Benang Kelambu dengan menggunakan sepeda motor. Meski hanya berjarak satu kilometer, trek yang dihadapi cukup menantang dengan jalanan yang terjal dan hanya sebagian beraspal.

Sepanjang perjalanan, pengunjung bisa menyaksikan perkebunan yang dikelola masyarakat setempat. Tera menjelaskan sebagian warga desa masih aktif berkebun pisang, kopi, dan durian. Sisanya bekerja di objek wisata baik menjadi pemandu, pengelola, atau pengemudi ojek.

Kata Tera, sehari-hari kalau lagi sepi saya bisa dapat Rp100 ribu, kalau ramai bisa Rp250 ribuan. Tarif ojek untuk trek pulang pergi yaitu Rp35.000, sementara jika pengunjung membutuhkan pemandu tarifnya Rp50.000 per-rombongan, maksimal 7 orang.

Air Terjun Benang Kelambu sangat membantu perekonomian warga di sekitarnya setelah dijadikan objek wisata. Dok. Kemenparekraf

Biaya masuk objek wisata ini juga sangat terjangkau yaitu Rp10.000 per orang. Selain air terjung Benang Kelambu, ada empat air terjun lainnya yang bisa dikunjungi yaitu Benang Stokel, Pengkelep Udang, Sesera, dan Kliwun.

Sebelum air terjun ini terkenal sebagai objek wisata, tidak sedikit penduduk desa yang menjadi buruh migran di luar negeri. Tera salah satunya, ia sempat bekerja di Malaysia selama beberapa bulan. "Untungnya sekarang ada objek wisata ini, saya jadi bisa mencari nafkah di desa sendiri," ujar Tera.

Lia (26 tahun), ibu satu anak, juga mengandalkan pemasukan dari pekerjaannya sebagai pengemudi ojek, sementara suaminya bekerja sebagai buruh migran di Malaysia. "Objek wisata ini sangat membantu kami warga desa, harapannya jalanan diperbaiki dan nemuin cara ngurangin sampah," ucap Lia. Menurutnya masih banyak wisatawan yang belum memiliki kesadaran akan sampah. 

Pemerintah juga mendukung penuh dalam memajukan ekonomi desa lewat sektor pariwisata. Hal ini disampaikan oleh Ketua Badan Promosi dan Pengembangan Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Tengah Ida Wahyuni Sahabudin, "Kami sedang mempersiapkan 37 desa wisata penyangga Mandalika. Rumah penduduk juga akan kita arahkan sebagai homestay," kata Ida Wahyuni Sahabudin.

Republik Indonesia (KJRI) Mumbai serta para travel writer, youtuber, dan jurnalis India berfoto di depan gapura lokasi wisata Air Terjun Benang Kelambu. Dok. Kemenparekraf

Ida menjelaskan pembangunan tidak hanya berkaitan dengan infrastruktur saja, tapi juga pengembangan kapasitas SDM pariwisata masyarakat Lombok. Ia berharap dengan adanya inisiatif ini, Lombok akan siap sebagai tuan rumah Motor GP pada 2021 sekaligus menjadi destinasi kelas dunia. SUPRIYANTHO KHAFID

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus