Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Etihad Airways punya cara tersendiri untuk mengelola beragam suku cadang pesawat yang sudah lama. Bagian-bagian pesawat yang sudah usang disulap menjadi lebih berseni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Maskapai penerbangan nasional Uni Emirat Arab telah bermitra dengan seniman untuk mengambil suku cadang pesawat lama yang tidak berguna dan menggunakannya kembali sebagai bahan untuk karya baru. Barang usang itu termasuk karpet dan gulungan kain, peralatan darurat, jendela, dinding samping dan kursi maskapai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam karya seni pertama yang dihasilkan dari kolaborasi tersebut, bersama seniman Emirat Azza Al Qubaisi adalah mengubah rel pemasangan di lantai kursi menjadi formasi geometris simetris. Sementara seniman Irlandia Christine Wilson, yang tinggal di Dubai, mengubah tirai pesawat, jaket pelampung, panel dinding dan potongan interior kabin menjadi mahakarya multidimensi yang mewakili "zeitgeist tekstur Etihad," seperti yang dijelaskan dalam siaran pers Etihad.
Bagi Al Qubaisi, proses itu sendiri merupakan bagian dari perjalanan. "Mengunjungi gudang suku cadang Etihad selama pandemi COVID-19 membawa kembali kenangan perjalanan keliling dunia dan menemukan budaya yang berbeda," katanya dalam sebuah pernyataan. "Saya sangat senang memiliki akses tak terbatas ke bahan baku luar biasa yang dapat saya ubah atau gabungkan menjadi seni untuk seri patung saya."
Karya tersebut sekarang dipajang di markas Etihad, dan itu hanyalah awal dari apa yang diharapkan maskapai ini. Etihad berharap akan lebih banyak upaya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dengan cara yang kreatif. "Dengan berkolaborasi dengan seniman dari komunitas lokal, tujuan kami tidak hanya menampilkan bakat di wilayah ini, tetapi untuk lebih mendorong inovasi berkelanjutan yang baik untuk lingkungan," kata Terry Daly dari Etihad Airways dalam rilisnya.
TRAVEL AND LEISURE