Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Gempa Bandung: Apa Kabar Bangunan Pabrik Teh Kertasarie Peninggalan Kolonial Belanda?

Pabrik Teh Kertasarie yang berada di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, adalah salah satu saksi bisu sejarah kolonial di Indonesia.

21 September 2024 | 19.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Bandung berkekuatan magnitudo 5.0, yang terjadi Rabu pagi, 18 September 2024, pukul 09.41 WIB, menyebabkan 82 orang luka-luka, 700 bangunan rusak, membatalkan 14 jadwal kereta cepat Whoosh dan menggangu perjalanan 11 kereta api.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hingga pukul 14.00 WIB, total rumah terdampak berjumlah 700 unit,” kata Humas BPBD Jabar Hadi Rahmat di Kabupaten Bandung, Rabu, 18 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari 700 rumah, kerusakan paling banyak terjadi di Kabupaten Bandung sebanyak 491 unit rumah dan Kabupaten Garut 209 unit rumah.

Terletak di ketinggian 1.644 meter di atas permukaan laut, Pabrik Teh Kertasarie yang berada di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, adalah salah satu saksi bisu sejarah kolonial di Indonesia. 

Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, pabrik Teh Kertasarie awalnya dibangun oleh Harrisons and Crossfield Plc yang merupakan perusahaan kolonial Inggris. Perusahaan ini juga mengelola beberapa perkebunan dan industri di Nusantara pada masa itu. 

Pendirian pabrik ini merupakan bagian dari ekspansi ekonomi kolonial dalam sektor agrikultur, khususnya teh dan karet. Pada 1906, perusahaan ini mendapatkan hak Concessie dari pemerintah kolonial melalui perjanjian dengan beberapa perusahaan di Sumatera. Dengan izin tersebut, mereka mendirikan beberapa perkebunan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Pabrik Teh Kertasarie di Bandung.

Salah satu hal yang menarik dari Pabrik Teh Kertasarie adalah arsitekturnya. Gaya bangunan utama pabrik ini mengadopsi gaya art deco, sebuah tren arsitektur yang berkembang pesat pada era 1920 hingga 1930. Bangunan utama pabrik dirancang dengan gaya simetris dan dihiasi dengan decorative stone banding yang menyerupai pilar besar di kiri dan kanan pintu masuk. Keberadaan kanopi beton di depan pintu masuk menjadi penanda estetika arsitektur kolonial yang fungsional.

Selain bangunan utama, terdapat beberapa bangunan penunjang di sekitar pabrik yang juga tak kalah unik. Misalnya, perumahan bagi buruh pemetik teh yang dibangun dengan menggunakan bahan-bahan lokal seperti dinding gedheg atau anyaman bambu. 

Ini memberikan kesan tradisional namun tetap berfungsi dengan baik untuk keperluan tenaga kerja pada masa itu. Bangunan ini, meski terkesan sederhana, mencerminkan hubungan antara modernitas kolonial dengan praktik lokal.

Selama hampir satu abad, Pabrik Teh Kertasarie telah menjadi salah satu pusat produksi teh di Indonesia. Teh yang dihasilkan dari pabrik ini dikenal dengan kualitasnya yang tinggi, berkat kondisi alam yang mendukung. 

Lokasinya di dataran tinggi dengan suhu yang sejuk dan tanah yang subur memberikan kondisi ideal untuk menanam teh. Salah satu produk andalannya adalah Teh Kahuripan, yang banyak dijual di pasar domestik dan internasional.

Proses produksi teh di Pabrik Kertasarie tidak berubah drastis dari waktu ke waktu. Meskipun teknologi telah berkembang, beberapa metode tradisional masih dipertahankan, terutama dalam hal pemetikan dan pengolahan daun teh. Ini menunjukkan bahwa pabrik ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga menyesuaikan diri dengan tuntutan kualitas modern.

Pada 1967, setelah kemerdekaan Indonesia, Pabrik Teh Kertasarie mengalami perubahan kepemilikan dan status perusahaan. Setelah sempat dikelola oleh pemerintah Indonesia, pabrik ini kemudian diambil alih oleh perusahaan asing lainnya. 



Pada akhirnya, pada 2008, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (Lonsum) yang mengelola pabrik ini bergabung dengan Indofood Group, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Sejak saat itu, tidak ada lagi kepemilikan asing di pabrik ini, dan pengelolaannya sepenuhnya dilakukan oleh pihak Indonesia.


Meskipun Pabrik Teh Kertasarie tidak secara resmi dijadikan museum, bangunan bersejarah ini memiliki potensi besar sebagai objek wisata sejarah dan budaya. Keindahan arsitekturnya yang klasik serta suasana perkebunan teh yang hijau menarik perhatian para pengunjung. Banyak orang datang ke perkebunan ini untuk menikmati udara segar, berfoto, dan menikmati suasana tenang khas pegunungan.


Selain itu, di depan pabrik terdapat lokomotif kuno yang dulunya digunakan untuk mengangkut hasil teh dari kebun ke pabrik. Lokomotif ini kini dijadikan monumen, menambah nilai historis dari pabrik tersebut. Keberadaan lokomotif ini mengingatkan kita pada masa-masa awal perkembangan infrastruktur transportasi di perkebunan teh.


Pabrik Teh Kertasarie adalah salah satu contoh warisan kolonial yang masih bertahan hingga kini. Dengan arsitektur art deco yang khas dan sejarah panjang dalam produksi teh, pabrik ini tidak hanya menjadi pusat produksi agrikultur, tetapi juga merupakan situs bersejarah yang menyimpan cerita tentang masa lalu kolonial Indonesia. 

Meskipun belum beralih fungsi menjadi museum, Pabrik Teh Kertasarie memiliki daya tarik yang besar bagi para pecinta sejarah, arsitektur, dan teh. Bangunan ini tak hanya mengingatkan kita pada masa lalu, tetapi juga menunjukkan bagaimana tradisi bisa bertahan dan berkembang di tengah perubahan zaman.

Pilihan editor:

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus