Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Musikus dan peneliti Rara Sekar bersama suaminya, Ben Laksana menggeluti hobi berkebun selama lima tahun terakhir. Selain memenuhi kebutuhan pangan, mereka berbagi hasil panen sayur dan buah dengan para tetangga untuk menjalin relasi sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rara Sekar dan Ben Laksana menggarap dua kebun berukuran masing-masing 4 x 4 meter di kediamannya di Bogor, Jawa Barat. Satu kebun berada di dalam pekarangan, satu lagi di luar pagar yang digarap menjadi kebun semi kolektif. "Seperti food forest, isinya tanaman pangan lokal yang gampang dipanen. Siapa pun silakan mengambil," kata Rara Sekar, Selasa, 30 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ben Laksana, dosen Hubungan Internasional di International University Liaison Indonesia, mengatakan mereka mulai serius berkebun saat tinggal di Wellington, Selandia Baru, selama 2016 sampai 2018. Saat itu, Rara kuliah S-2 di Victoria University of Wellington. Berawal dari melihat kegiatan penduduk setempat yang kebanyakan gemar berkebun, mereka ketularan bercocok tanam.
Bagi keduanya, berkebun bukan hanya kegiatan menggarap lahan dan menanam sayur atau buah. Lewat berkebun, mereka membangun relasi sosial dengan tetangga melalui saling bertukar hasil panen. Tetangga mereka juga hobi berkebun.
Terlebih dengan menerapkan konsep lazy gardening, mereka menggarap tanah hanya saat musim tanam, seperti awal musim hujan atau kemarau. Tanah dicampur kompos, dibiarkan dua pekan, lalu ditanami benih dan disirami air. "Ketika sudah tumbuh menjadi tanaman kami biarkan saja," ucap Ben, yang biasa memupuk dan menyemprot pestisida nabati. Adapun Rara, 30 tahun, memangkas daun dan memasang mulsa.
Ben Laksana dan Rara Sekar menanam bayam Brasil, tomat ceri, terong ungu, lemon, hingga pepaya Jepang. Kunyit, jahe, adas, mint, pisang, singkong, hingga talas dan cabai juga bercokol di kebun mereka. Bagi pasangan yang tak menyantap daging ini, hasil kebun mereka bisa mencukupi 60 - 70 persen kebutuhan hidup sehari-hari. "Apalagi kami berdua makannya tidak terlalu banyak," ujar Ben.