Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandar Lampung - Menonton kepiawaian Gajah menendang bola itu sudah biasa. Pertunjukan tersebut bisa disaksikan di kebun binatang ataupun saat menonton pertunjukan sirkus. Kini ada atraksi yang lebih menarik lagi yang hanya dapat disaksikan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengelola bakal kembali membuka TNWK untuk kepentingan dunia pariwisata setelah sempat tutup akibat pandemi Covid-19. Rencananya, mulai 20 Desember ini kawasan yang masih sangat alami ini dapat dinikmati oleh siapa pun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Plt Kepala TNWK Hermawan menjelaskan, saat dibuka nanti para pengunjung akan disuguhi beragam kejutan yang belum pernah ada sebelumnya di Way Kambas. Konsep baru berupa wisata berbasis edukasi dan konservasi, jadi tidak lagi ada atraksi wisata seperti tunggang gajah yang mengeksploitasi satwa liar. “Yang ditawarkan berupa jungle track, memandikan gajah, memberi makan gajah, dan swafoto,” katanya, beberapa hari yang lalu.
Dinner bareng gajah
Dalam konsep baru ini, pihak TNWK ingin mendekatkan masyarakat dengan alam, satwa liar, dan lingkungan sosial di sekitar taman nasional. Di dalam kawasan TNWK, pengunjung tidak hanya melihat dan berinteraksi dengan gajah akan tetapi juga bisa melakukan kegiatan susur sungai sambil melakukan pengamatan burung atau satwa lainnya.
“Serta bisa juga melakukan kegiatan wisata desa di desa-desa sekitar TNWK seperti Desa Labuhan Ratu 9,” kata Sukatmoko, Kepala Urusan Humas TNWK. Desa Labuhan Ratu 9 dikenal sebagai tempat pengamatan burung, sedangkan di Desa Braja Harjosari, wisatawan dapat menikmati susur sungai dan melihat budaya Bali di perkampungan Bali.
Sebagai pengganti atraksi gajah dan tunggang gajah, pengunjung dapat melakukan interaksi dengan gajah melalui paket kegiatan memandikan gajah, tracking, “angon” (menggembalakan) gajah, sarapan bersama gajah, menikmati sunset, dan makan malam bersama gajah.
Masih dikatakan oleh Sukatmoko, wisata alam yang ada di hutan konservasi tidak boleh mengganggu apa yang ada di dalam kawasan tersebut termasuk gajahnya. Jadi, jumlah pengunjung akan dibatasi dan kendaraan pribadi pengunjung hanya sampai di rest area yang sudah di sediakan oleh masyarakat desa sebagai pelaku usaha jasa wisata. Untuk masuk ke kawasan TNWK, wisatawan bisa menggunakan kendaraan shuttle yang disiapkan oleh masyarakat. Hal ini selain dapat mengurangi tingkat polusi di dalam kawasan konservasi juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
Dengan adanya konektivitas wisata alam dan wisata desa di desa-desa sekitar kawasan TNWK diharapkan dapat mendorong peningkatan ekonomi produktif di masyarakat desa penyangga. Ini juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya dapat meminimalisasi kegiatan illegal yang terjadi di dalam kawasan TNWK seperti perburuan dan pembakaran hutan.
Tiket masuk ke Taman Nasional Way Kambas bervariasi mulai dari Rp5.000 untuk wisatawan Nusantara di hari biasa, dan Rp7.500 saat hari libur. Wisatawan mancanegara dikenai tiket Rp100.000 per orang pada hari biasa dan Rp150.000 per orang pada hari libur. Harga ini mengacu pada PP Nomor 12 Tahun 2014 Tentang PNBP. Ini hanya tiket masuk kawasan TNWK belum termasuk tiket kegiatan.
PARLLIZA HENDRAWAN