Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perhelatan MotoGP di Lombok sejak kemarin, 18 Maret hingga 20 Maret besok, dapat berlangsung lancar berkat kerja keras seluruh pihak. Salah satunya, PT Angkasa Pura I (Persero), yang bertanggung jawab pada arus kedatangan dan kepergian di udara di Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abdul Madjid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Persiapan perusahaan Badan Usaha Milik Negara ini bahkan dilakukan sejak 1,5 tahun lalu. Mulai dari perpanjangan lintasan (runway) yang sebelumnya 2.750 meter menjadi 3.300 meter. Renovasi ini dilaksanakan sesuai persyaratan pemegang hak komersial MotoGP, Dorna Sports, agar mampu menampung pesawat Boeing 777 pengangkut logistik MotoGP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita juga melakukan perluasan terminal kargo. Sebelumnya kapasitas penumpang hanya 3,25 juta per tahun sekarang menjadi 7 juta per tahun. Selain lebih luas, beatufikasi bandara pun diterapkan sehingga penampilannya berubah lebih cantik,” ujar Direktur Utama Angkasa Pura 1, Faik Fahmi, dalam @Ngobrol Tempo yang mengusung topik “Sinergi Sektor BUMN untuk Suksesi Pertamina Grand Prix of Indonesia 2022”, Rabu, 16 Maret 2022.
Memperpanjang lintasan lepas landas, Fahmi melanjutkan, tentu dibarengi dengan perluasan apron atau lokasi parkir pesawat. Pasalnya, arus manusia yang masuk dan pergi di bandara diperkirakan mengalami puncaknya pada periode 17-22 Maret.
Fahmi menyebut traffic per hari bisa mencapai 18.800 orang. Sedangkan untuk waktu reguler hanya menyentuh 3.500 orang. “Karena itu, ini kita atur. Kita sudah mengantisipasi dengan melakukan review per jam. Contoh, di tanggal 20 ada sekitar 1.300 – 1.500 orang yang datang dalam waktu 1 jam, kita atur agar tidak ada penumpukan,” ucapnya.
Manajemen waktu yang diterapkan Angkasa Pura ini, dihitung dengan presisi melalui simulasi agar tidak meleset dari prediksi. “Kita atur jadwal pesawat tidak turun dalam waktu yang sama. Sehingga bisa kita layanai sesuai kapasitas bandara. Kita upayakan secepat mungkin bisa keluar dari bandara,” kata Fahmi.
Untuk arus manusia, Fahmi dan jajarannya telah menghitung agar dapat keluar dengan segera dari bandara. Dari hasil simulasi, khusus penumpang dari luar negeri saat datang lalu mengambil barang di areal bagasi dan melakukan pemeriksaan kesehatan, sampai akhirnya keluar dari bandara, memakan waktu sekitar 30-40 menit.
Simulasi ini termasuk mencoba alur kendaraan pribadi di seputar bandara, serta berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Lombok untuk menyiapkan shuttle bus untuk penonton MotoGP. “Karena critical point salah satunya adalah kapasitas parkir yang terbatas, jadi kami sudah mengembangkan manajemen traffic kendaraan yang menuju ke bandara maupun dari bandara,” ujarnya.
Simulasi, Fahmi menegaskan, adalah tahapan penting di Angkasa Pura. Setiap perencanaan harus melalui tahapan ini. “Saya selalu bilang nggak ada kata siap kalau belum simulasi. Jadi konsep siap itu kalau sudah simulasi. Karena dari situ kita bisa hitung berapa kebutuhan SDM kita,” ucapnya.
Beruntung, Angkasa Pura 1 sudah berpengalaman sejak penyelenggaraan World Super Bike (WSBK) pada November 2021, dan Pra Musim MotoGP Februari silam. Dua ajang tersebut menjadi pembelajaran untuk menguji kesiapan perseroan saat menghadapi Pertamina Grandprix of Indonesia 2022.
Fahmi menuturkan, Dorna bahkan memberi apresiasi tinggi lantaran penanganan kargo logistik MotoGP sangat lancar. “Bahkan lebih cepat dari standar mereka,” ujar dia. Demikian pula, arus kedatangan kru MotoGP dapat tertangani dengan cepat.
Selain simulasi, Angkasa Pura juga sudah memitigasi berbagai kemungkinan di luar dugaan, misalnya cuaca ekstrim yang mengganggu penerbangan. Dua bandara terdekat, yakni Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali dan Bandara Juanda, Surabaya, menjadi alternatif pendaratan penumpang. Jam operasional seluruh bandara tersebut akan belangsung selama 24 jam.
Seluruh inisiatif Angkasa Pura 1, mulai dari pembenahan infrastruktur hingga manajemen waktu dan antisipasi, bukan ditujukan semata untuk MotoGp. “Proyeksi kami juga meningkatkan kunjungan wisata ke Lombok, mendukung pemulihan ekonomi, dan semua ini menjadi sinyal positif untuk angkutan udara. Kita butuh banyak event yang dapat mendorong orang menggunakan angkutan udara. Sebelum pandemi, jumlah penumpang mencapai 96 juta per tahun, namun saat pandemi merosot hingga 28 juta per tahun. Jadi, kita sangat sangat bersemangat mensukseskan pelaksanaan MotoGP, agar memberikan citra sangat baik untuk indonesia, dan untuk pemulihan dari Covid-19,” kata Fahmi. (*)