Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari Penjaja Kosmetik sampai Pedagang Daging

Diana Dewi merintis usaha dari penjual produk kosmetik. Bertahan dan pandai membaca peluang bisnis.

21 Mei 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Diana Dewi merintis usaha dari penjual produk kosmetik. Bertahan dan pandai membaca peluang bisnis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdoa. Selalu ada jalan bagi mereka yang sering berusaha". Salah satu kalimat motivasi dari Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi, tertulis di tembok ruang tunggu depan ruangan kerja Diana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diana memang sudah mengalami lika liku kehidupan dan dunia kerja. Perempuan kelahiran 27 Juli 1965 ini menikah pada usia 20 tahun dan dikarunia dua orang anak. "Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi entrepreneur, tapi mungkin keadaan yang membuat saya sekarang ini menjadi entrepreneur, justru dengan keadaannya yang minus saya berpikir, bahwa kalau berpikir positif pasti ada hikmah dibalik itu," kata Diana, Rabu, 17 Mei 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setahun setelah menikah, Diana dikaruniai seorang putra. Saat itu Diana berpikir menambah penghasilan keluarga dengan bekerja. Dia kemudian menjadi sales promotion girl (SPG) di salah satu perusahaan.

"Awal bekerja, dengan bekal pendidikan yang tidak tinggi, otomatis semua pekerjaan saya terima. Saat itu yang ada hanya SPG,” tuturnya. 

Ia kemudian menjalani pekerjaannya sebagai penjual produk. Namun, pada perjalanannya, perusahan kosmetik tempat kerjanya membutuhkan bantuan. "Saat itu perusahaan tempat saya bekerja masih baru dan belum menempatkan SPG di toko-toko. Nah, saya bilang, bagaimana kalau saya bantu?, Ternyata yang saya bantu itu anaknya owner perusahaan dan saya dikasih pekerjaan lebih dari itu," ujarnya. 

Diana bekerja sekitar 1,5 tahun di perusahaan kosmetik dan pindah ke perusahaan besar sebagai marketing dan kepala cabang. Sembari bekerja Diana melanjutkan kuliah. 

Namun, pada 1995, Diana mendapatkan perlakuan yang tidak adil pada saat dia menunaikan ibadah haji. “Saya tidak diizinkan oleh atasan dan perusahaan tidak akan gaji. Saya tahu itu kebijakan sepihak dan bukan peraturan perusahaan,” tuturnya. 

Sejak itu, Diana menilai kondisi perusahaan sudah tidak kondusif. “Namun, karena saya punya tanggung jawab, saya keluar dari perusahaan pada 1998,” ucapnya. 

Dia mengaku menerima gaji dari perusahaan sebesar Rp Rp 1,7 juta perbulan. "Kalau dihitung 20 hari kerja berarti gaji saya per hari Rp 85 ribu. Masa sih, saya tidak bisa mencari Rp 85 ribu, misalnya dengan berjualan bakso atau menjadi pengemudi taksi.”

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada 1998 membawa berkah bagi Diana. Saat itu pasokan daging sapi seret. Sedangkan permintaan di pasar sangat tinggi. "Waktu itu saya menjadi penjual daging. Saya sampai mengambil ke daerah, saya potong dan kirim sendiri ke supermarket," ujarnya. 

Dia kemudian mendirikan PT Suri Nusantara Jaya, salah satu perusahaan importir dan distributor daging terbesar di Indonesia. "Kuasa Allah, di satu sisi krismon, terus butuh sapi dan tidak ada sapi impor, akhirnya sapi lokal dipotong," kata dia.

Bisnis penjualan daging terus berkembang. Bidang usahanya juga melebar dari pabrik pengolahan dari daging, peternakan sapi potong, toko yang tidak hanya menjual produk daging dan turunannya. Toko penjualan dagingnya tersebar di Jabodetabek dari Bekasi, Depok, Duri Kosambi, Tebet, Rawamangun, Cikarang Utara dan Cikampek. 

Dalam berbisnis, Diana ingin seluruh kebutuhan daging konsumen bisa dipenuhi dari outletnya. “Saya berpikir bagaimana saya hadir mendekati konsumen dengan membuka toko daging,” tuturnya. 

Ia pun berencana memperluas tokonya ke daerah-daerah lain. 'Kami selalu bermitra dengan teman-teman daerah jadi selalu kami berbicaranya bagaimana putra daerah ikut bersama-sama membangun daerahnya dan kami hadir". 

Diana menyakini semua usaha dan keberhasilan yang diraih karena Allah SWT. "Saya merasa bahwa Allah itu ada dan kita tidak sendiri. Apapun yang diberikan kepada kita dalam kondisi baik dan tidak, pasti ada hikmahnya. Hal ini yang selalu saya tanamkan dalam kehidupan saya," ucapnya. 

Pandemi yang melanda Indonesia sejak 2020, menurut Diana banyak memberi pelajaran kepada semua. Sebagai pengusaha dia optimistis melihat masa depan. "Ini menjadi motivasi kami untuk bertahan dan harus memajukan usaha,” pungkasnya. 

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus